Kegiatan
Belajar 1
HAKIKAT
METODE EKSPERIMEN
A.
PENGERTIAN
METODE EKSPERIMEN
Eksperimen atau percobaan adalah suatu kegiatan yang
di dalamnya dilakukan cobaan dengan cara mengamati proses dan hasil dari
percobaan tersebut.
Menurut Supriyati, metode eksperiaten adalah metode
mengajar dan melakukan percobaan, lalu mengamati proses dan basil percobaan.
Kegiatan ini efektif membantu anak menemukan jawaban dengan usaha sendiri.
Contohnya, mencampur warna, menimbang berat badan, menanam biji-bijian.
Menurut Syaiful Bahri Djamarah (2000), metode
percobaan/eksperimen adalah metode pemberian kesempatan kepada anak didik,
untuk dilatih melakukan suatu proses atau percobaan.
Menurut Adrian, metode eksperimen ialah suatu metode
mengajar di mana pendidik bersama anak didik mencoba mengerjakan sesuatu serta
mengamati proses dari hasil percobaan itu.
Dapat disimpulkan bahwa metode eksperimen adalah
suatu cara pembelajaran dengan menempatkan anak sebagai subjek yang aktif untuk
melakukan dan menemukan pengetahuan sendiri, serta untuk mengetahui kebenaran
akan sesuatu.
Kapan metode eksperimen ini sebaiknya digunakan?
Metode , eksperimen digunakan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang sering
dilontarkan anak, seperti berikut ini.
1. "Bagaimana
cara mengatur sesuatu"?
2. "Bagaimana
membuatnya"?
3. "Bagaimana
cara bekerjanya"?
4. "Bagaimana
mengerjakannya"?
5. "Cara
manakah yang lebih baik"?
6. "Terdiri
dari apa"?
Menurut Piaget anak usia dini, khususnya sains dan
matematika, harus bersifat konkret (nyata) dan aktif. Berpikir konkret adalah
berpikir realistik sesuai pengetahuan yang diterima panca indra. Bahwa dalam
aktivitas anak harus membentuk sesuatu dan menemukan struktur dari percobaannya
sendiri.
Konsep Piaget tentang "aktivitas" adalah
untuk mendorong kegiatan fisik dan mental. Aktivitas yang spontan dan
distimulasi oleh pendidik adalah sesuatu yang mendasar untuk mengembangkan
pertumbuhan intelektual.
Dari pendapat tersebut, disimpulkan bahwa metode
eksperimen/percobaan adalah metode pembelajaran yang sesuai dengan
karakteristik berpikir anak pada masa ini yang aktif dan sangat ingin tahu
fenomena di sekitarnya.
B.
MANFAAT
DAN TUJUAN METODE EKSPERIMEN
Anak memiliki sifat ingin tahu oleh karena itu,
metode eksperimen sangat mendukung optinialisasi potensi intelektual yang
sesuai dengan taraf berpikir anak pada masa ini.
Jean Piaget (1972, p. 27) membuat pernyataan tentang
bagaimana anak belajar, yaitu sebagai berikut.
"Anak
seharusnya mampu melakukan percobaan dan penelitian sendiri. Pendidik, tentu
saja, bisa menuntun anak-anak dengan menyediakan bahan-bahan yang tepat, tetapi
yang terpenting agar anak dapat memahami sesuatu, ia harus menggunakan pengertian
itu sendiri, ia harus menemukannya sendiri".
Yang ditekankan oleh Piaget, anak harus melakukannya
sendiri. Kegiatan yang dilakukan sendiri anak akan menggunakan kelima panca
indranya dan mengaktifkan otaknya, terjadi proses berpikir logis, analisis, kritis
dan sintesis yang membangun suatu pengetahuan baru.
Tujuan penggunaan metode eksperimen bagi anak adalah
sebagai berikut:
1. Menjelaskan
tentang proses terjadinya sesuatu.
2. Memberikan
pengalaman kepada anak tentang proses terjadinya sesuatu.
3. Membuktikan
tentang kebenaran sesuatu.
Berikut ini beberapa alasan betapa pentingnya (urgensi) pembelajaran dengan metode
eksperimen bagi anak-anak.
1. Kemampuan
berkomunikasi anak belum sepenuhnya berkembang. Dengan metode pembelajaran
eksperimen, anak dapat menunjukkan kemampuannya tanpa harus membicarakannya
karena "belajar sambil melakukan
atau learning by doing" .
2. Belajar
melalui metode eksperimen untuk membantu anak membangun keterampilan panca
indranya.
3. Salah
satu karakteristik anak usia dini adalah kreatif. Perlu diberikan kesempatan
"bermain-main" dengan pikiran mereka, dengan memanipulasi lingkungan
dan alat-alat yang menunjang.
Sedangkan manfaat yang dapat diraih berdampak pada
seluruh aspek-aspek perkembangan anak. Aspek perkembangan tersebut, antara lain sebagai
berikut:
1. Aspek
intelektual
2. Bahasa
3. Fisik-motorik
4. Seni
5. Sosial-emosi
6. Moral-agama
C.
KELEBIHAN
DAN KELEMAHAN METODE EKSPERIMEN
Terlepas dari manfaat yang telah dibahas, metode
eksperimen memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan sebagai berikut:
1. Kelebihan
metode eksperimen
a. Metode
ini membuat anak lebih percaya atas kesimpulan berdasarkan percobaannya
sendiri.
b. Anak
dapat lebih mengembangkan sikap dan rasa ingin tahu untuk eksplorasi (menjelajahi).
c. Terbina
manusia yang dapat mengembangkan inovasi baru.
d. Metode
ini menerapkan prinsip learning by
experiencing (belajar dari pengalaman) dalam belajar.
e. Dapat
mengaktifkan anak secara utuh di mana keterlibatan proses inquiry dan discovery
(penemuan) akan berlaku dengan bimbingan.
f.
Eksperimen juga bersifat student-centered, mengolah bahan/materi
yang dipelajari adalah anak didik sendiri.
g. Dapat
mengembangkan sikap pikir ilmiah dan kesempatan melakukan langkah-langkah
berpikir ilmiah.
h. Dapat
menumbuhkan kepercayaan diri anak terhadap masalah yang akan dipecahkannya.
2. Kelemahan
metode eksperimen
a. Alat-alat
eksperimen tidak tersedia dalam jumlah yang cukup.
b. Eksperimen
memerlukan proses dengan jangka waktu yang lama, membuat anak harus menunggu, menimbulkan
kebosanan.
c. Metode
ini hanya untuk konsep sains/ilmu alam dan teknologi.
d. Metode
ini memerlukan alat, fasilitas dan bahan yang lengkap.
e. Faktor
keselamatan perlu diperhitungkan terutama eksperimen menggunakan cairan kimia.
f. Apabila
pendidik belum pengalaman, hasilnya tidak sesuai harapan.
g. Memerlukan
waktu panjang, tidak praktis dilakukan di sekolah.
D.
BENTUK-BENTUK
EKSPERIMEN
Bentuk-bentuk
kegiatan eksperimen dapat di lihat dari dua sudut pandang, yaitu sebagai
berikut:
1. Berdasarkan
struktur kegiatan
a. Formal
Eksperimen formal adalah eksperimen yang
direncanakan oleh pendidik. Tujuannya adalah mengembangkan kemampuan mengamati.
Anak belajar menjadi pengamat. Kemudian, mengaplikasikan kemampuan itu untuk
mengamati benda di sekitarnya, mencari persamaan-perbedaan dan mengamati
perubahan.
Eksperimen formal akan efektif apabila mengikuti
saran-saran sebagai berikut:
1) Pastikan
peralatan dalam kondisi baik dan siap digunakan.
2) Anak
harus bebas belajar dan mencoba sejauh memungkinkan.
3) Setiap
anak memerlukan waktu yang berbeda untuk "temuannya".
4) Anak
memerlukan ruang yang mendukung dan bersih.
5) Terkadang
perlu pendamping, terkadang ia perlu waktu sendiri.
6) Anak
memerlukan waktu hanya beberapa menit. Bisa memakan waktu 30-40 menit apabila
ia asyik mengerjakannya.
7) Anak
harus merasa melakukan hal yang benar dan berhasil melakukan sesuatu, apa pun
hasilnya.
8) Kelas
menjadi berisik, ini adalah hal yang wajar bila anak-anak asyik melakukan
percobaan.
b. Informal
Pada eksperimen informal pendidik tidak mengarahkan
kegiatan anak dengan ketat. Keterlibatan pendidik relatif. Anak bekerja dengan
cara mereka sendiri. Eksperimen informal tidak direncanakan dengan ketat oleh
pendidik dan dilakukan oleh anak secara individual. Teknik ini akan berhasil,
apabila memenuhi kondisi seperti di bawah ini:
1) Perlu
diadakan sentra sains. Alat dan bahan sebaiknya mudah untuk diambil anak.
2) Bukalah
waktu-waktu tertentu untuk anak bermain dengan bebas di sentra sains.
3) Pendidik
sebaiknya tidak selalu mendampingi anak dalam arti mengintervensi kegiatannya.
4) Perlu
disediakan beragam bahan dan peralatan yang menarik agar anak bebas mengadakan
uji coba.
5) Apabila
anak kesal karena tidak tahu harus melakukan apa, pendidik bisa membimbingnya
memberi pengarahan.
c. Insidental
Eksperimen insidental adalah kejadian yang ditemui
anak secara tidak terencana dan menghasilkan sesuatu yang tak terduga. Misalnya,
kejadian angin ribut yang menumbangkan pohon-pohon disertai banjir.
2. Berdasarkan
kombinasi dengan metode belajar lain
a. Eksperimen
tunggal
Metode
eksperimen tunggal adalah metode yang dalam pelaksanaannya hanya melibatkan
metode percobaan itu sendiri.
b. Eksperimen
terintegrasi dalam metode pemecahan masalah
Eksperimen
merupakan salah satu bagian dari pemecahan masalah. Anak dihadapkan pada suatu
permasalahan, kemudian memprediksi solusinya (hipotesis) dan menguji dugaannya
tersebut dengan percobaan. Dalam metode ini, peranan pendidik adalah sebagai
fasilitator (Harlan dan Hendrick, 1997). Masalah-masalah yang paling baik untuk
dipecahkan anak adalah hal yang berkaitan dengan dirinya melalui berbagai cara.
Masalah yang telah dikenal anak, dapat digunakan akan lebih mudah untuk
dipecahkan anak serta dirumuskan kesimpulannya oleh mereka (Coffin dan Tull,
1985).
Penggunaan
metode pemecahan masalah bagi anak dapat mengikuti urutan langkah-langkah
pemecahan masalah yang digunakan dalam ilmu-ilmu alam (Kostelnik, 1999). Yaitu:
1)
Menyadari adanya masalah (memahami,
mengamati, dan mengidentifikasi), kemudian menentukan masalah.
2)
Merumuskan hipotesis atau dugaan-dugaan
sementara (memikirkan alasan-alasan yang tepat mengapa sesuatu terjadi, mengumpulkan
informasi, membuat perkiraan yang didasarkan pada pengalaman dan meramalkan).
3)
Melakukan eksperimen (menguji ide).
4)
Menggambarkan kesimpulan.
5)
Mengkomunikasikan hasil (mengemukakan
apa yang terjadi, mencatat apa yang terjadi, dan membuat perencanaan untuk
eksperimen selanjutnya dengan suatu hipotesis baru).
c. Eksperimen
terintegrasi dalam metode demonstrasi
Bentuk
ini merangkaikan metode demonstrasi dan eksperimen. Didahului demonstrasi oleh
pendidik, kemudian anak menirukan atau mengembangkannya di bawah pengawasan
pendidik.
Dapat
dirumuskan sebagai berikut:
Demonstrasi - menunjukkan
kepada kelas
Eksperimen - mencoba
mengamati sesuatu, mengamati
proses dan basil percobaan
Eksperimen
dapat juga dijadikan demonstrasi. Misalnya, pengaruh tekanan udara terhadap
sebuah kaleng minyak tanah yang kosong, yang sudah dipanasi lebih dulu,
kemudian ditutup rapat-rapat dan segera disiram air dingin.
d. Eksperimen
terintegrasi dalam metode estimasi
Bentuk
ini mencoba memperkirakan jawaban atas suatu pertanyaan dengan cara mengujinya
(melakukan percobaan).
Anak
diharapkan dapat memiliki kemampuan memperkirakan (estimasi) sesuatu, misalnya
perkiraan terhadap waktu, luas ataupun
ruang.
Selain itu, anak terlatih untuk mengantisipasi berbagai kemungkinan yang akan
dihadapi.
Perkiraan
waktu, misalnya:
1) Berapa
hari-biji tumbuh?
2) Berapa
lama kita makan?
Perkiraan
luas, misalnya:
1) Berapa
piring untuk menutupi meja?
2) Berapa
Iangkah panjang ruangan ini?
Perkiraan
ruang, misalnya:
1) Berapa
anak bergandengan untuk dapat mengelilingi kelas ini?
2) Bisakah
merayap dalam lorong-lorong kardus besar yang berbeda bentuk?
Perkiraan
kemungkinan, misalnya:
1) Apakah
benda ini mengapung atau tenggelam apabila dijatuhkan ke dalam air?
2) Apakah
benda ini tembus atau tidak tembus cahaya apabila disinari senter?
Kegiatan
Belajar 2
Teknik
Pengembangan Perilaku dan Kemampuan Dasar untuk Anak Usia 3-4 Tahun melalui
Metode Eksperimen
Teknik berkaitan dengan
hal-hal operasional bersifat teknis untuk kegiatan eksperimen meliputi petunjuk
kegiatan, prosedur pelaksanaan, dan cara mengembangkan perilaku dan kemampuan
dasar anak.
Yang perlu diingat
adalah aspek-aspek perkembangan, anak berkembang secara terpadu dan terkait
satu sama lain, tidak bisa dipisah-pisahkan sehingga dalam satu kegiatan
dikembangkan beberapa aspek perkembangan sekaligus.
A.
KRITERIA
KEGIATAN EKSPERIMEN UNTUK PEMBELAJARAN ANAK USIA DINI
Eksperimen informal dan instruksi yang sesuai dengan
perkembangan anak adalah cara yang tepat untuk mendapatkan pengetahuan fisik. Rheta
De Vries dan Lawrence Kohlberg mengajukan kriteria-kriteria untuk kegiatan
eksperimen yang baik, yaitu sebagai berikut.
1. Anak
harus dapat menghasilkan suatu fenomena dengan melakukan sendiri. Misalnya,
percobaan gaya tarik medan magnet.
2. Anak
harus dapat memvariasikan tindakannya
Fenomena yang dieksperimenkan
sebaiknya memiliki aksi yang berbeda-beda untuk membangun pemahaman aksi-reaksi
dan sebab-akibat pada pikiran anak.
3. Reaksi
objek harus dapat diamati
Pendidik memilih jenis kegiatan
eksperimen yang dapat diamati prosesnya.
4. Reaksi
objek harus segera
Pemahaman lebih mudah dibangun bila
objek bereaksi segera.
B.
PROSEDUR
DAN LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN
Eksperimen formal tidaklah terlalu mudah, diperlukan
perencanaan yang cukup matang agar berhasil. Pendidik harus mempersiapkan
sebuah eksperimen yang berencana dan lengkap.
Adapun langkah-langkah pemakaian metode eksperimen
adalah sebagai berikut:
Tahap
I: Mempersiapkan eksperimen
1. Tentukan
tujuan eksperimen, mencakup aspek kognitif, afektif, dan psikomotor.
2. Diskusikan
dengan anak kegiatan eksperimen dengan pertanyaan yang dibuktikan jawabannya
dari eksperimen.
3. Kemukakan
prosedur eksperimen yang akan dilakukan secara bertahap dari awal sampai akhir.
4. Cantumkan
segala alat dan fasilitas untuk keperluan eksperimen.
5. Tentukan
peran-peran anak didik dalam eksperimen.
6. Buatlah
kesepakatan/tata tertib eksperimen agar eksperimen berhasil dengan baik.
7. Tetapkan
prosedur dan alat evaluasi yang akan dipakai selama dan sesudah eksperimen.
Tahap
II: Pelaksanaan eksperimen
1. Anak
didik memulai eksperimen di bawah bimbingan pendidik.
2. Pendidik
membimbing anak didik yang sedang melakukan eksperimen dengan penuh kesungguhan.
3. Pendidik
mendorong anak didik berbuat aktif melakukan eksperimen.
4. Evaluasi
berlangsung selama eksperimen dilakukan oleh pendidik.
Tahap
III: Mengambil kesimpulan dari hasil eksperimen
1. Anak
memberi laporan hasil eksperimen yang telah dilakukannya.
2. Laporan
didiskusikan bersama di bawah bimbingan pendidik.
3. Kesimpulan-kesimpulan
hasil eksperimen harus sederhana dan terarah.