HUBUNGAN
KESEHATAN MENTAL
DENGAN
PENDIDIKAN KELUARGA
Peran keluarga sangat
penting dalam upaya mengembangkan kesehatan mental anak. Perawatan orang tua
yang penuh kasih sayang dan pendidikan tentang nilai-nilai kehidupan, agama
maupun sosial budaya, merupakan faktor penentu anak menjadi pribadi dan anggota
masyarakat yang sehat.
Keluarga merupakan
aset, individu tidak bisa hidup sendirian, tanpa ikatan dengan keluarga.
Keluarga memberi pengaruh yang besar terhadap seluruh anggotanya sebab selalu
terjadi interaksi yang paling bermakna, paling berkenan dengan nilai yang
sangat mendasar dan sangat intim (Djawad Dahlan, dalam Jalaluddin Rahmat dan
Muhtar Gandaatmaja, 1994:49).
Keluarga mempunyai
peranan penting karena dipandang sebagai sumber pertama dalam proses
sosialisasi (Uichol Kim & John W. Berry). Keluarga juga berfungsi sebagai
transmitter budaya, atau mediator sosial budaya anak (Hurlock, 1956; dan
Pervin, 1970).
Keluarga juga dipandang
sebagai instansi (lembaga) yang dapat memenuhi kebutuhan insani (manusiawi),
terutama kebutuhan bagi pengembangan kepribadiannya, dan pengembangan ras
manusia. Jika mengaitkan peranan keluarga dengan upaya memenuhi kebutuhan individu,
keluarga merupakan lembaga pertama yang dapat memenuhi kebutuhan tersebut.
Melalui perawatan, dan perlakuan yang baik dari orang tua, anak dapat memenuhi
kebutuhan-kebutuhan dasarnya, baik fisik-bilogis, maupun sosiopsikologisnya.
Keluarga yang bahagia
merupakan suatu hal yang sangat penting bagi perkembangan emosi para anggotanya
(terutama anak). Kebahagiaan itu diperoleh apabila keluarga dapat memerankan
fungsinya secara baik.
Fungsi dasar keluarga
adalah memberikan rasa memiliki, rasa aman, kasih sayang; dan mengembangkan
hubungan yang baik di antara anggota keluarga. Hubungan cinta kasih dalam
keluarga tidak sebatas perasaan, akan tetapi juga menyangkut pemeliharaan, rasa
tanggung jawab, perhatian, pemahaman, respek, dan keinginan untuk
menumbuhkembangkan anak yang dicintainya.
Keluarga yang hubungan
antar anggotanya tidak harmonis, penuh konflik, atau gap communication, dapat
mengembangkan masalah-masalah kesehatan mental (mental illness) bagi anak.
A.
Fungsi
keluarga
Mengkaji lebih jauh
tentang fungsi keluarga ini, dapat dikemukakan bahwa secara sosiopsikologis,
keluarga berfungsi sebagai:
1. Pemberi
rasa aman bagi anak dan anggota keluarga lainnya;
2. Sumber
pemenuhan kebutuhan, baik fisik maupun psikis;
3. Sumber
kasih sayang dan penerimaan;
4. Model
pola perilaku yang tepat bagi anak untuk belajar menjadi anggota masyarakat
yang baik;
5. Pemberi
bimbingan bagi pengembangan perilaku yang secara sosial di anggap tepat;
6. Pembantu
anak dalam memecahkan masalah yang dihadapinya dalam rangka menyesuaikan
dirinya terhadap kehidupan;
7. Pemberi
bimbingan dalam belajar keterampilan, motor, verbal, dan sosial yang dibutuhkan
untuk penyesuaian diri;
8. Stimulator
bagi pengembangan kemampuan anak untuk mencapai prestasi, baik di sekolah
maupun di masyarakat;
9. Pembimbing
dalam mengembangkan aspirasi; Dan
10. sumber
persahabatan (teman bermain) anak, sampai cukup usia untuk mendapatkan teman di
luar rumah, atau apabila persahabatan di luar rumah tidak memungkinkan.
Sedangkan dari sudut
pandang sosiologis, fungsi keluarga itu dapat diklasifikasikan ke dalam
fungsi-fungsi biologis, ekonomis, edukasi, sosialisasi, proteksi, rekreasi, dan
religius (M.I. Soelaeman, 1978; Sudardja Adiwikarta, 1988; dan Melly S.S.
Rifai, dalam Jalaluddin Rahmat dan Muhtar G., 1994).
Pengokohan penerapan
nilai-nilai agama dalam keluarga merupakan landasan fundamental bagi
perkembangan kondisi atau tatanan masyarakat yang damai dan sejahtera. Namun
sebaliknya, apabila terjadi pengikisan atau erosi nilai-nilai agama dalam
keluarga, atau juga dalam masyarakat, maka akan timbul ketidakseimbangan
kehidupan yang dapat mengikis nilai-nilai kemanusiaan.
B.
Kesehatan
mental
Terdapat banyak unsur
keluarga yang berpengaruh terhadap perkembangan kesehatan mental anak. Keluarga
memiliki pengaruh yang sangat berarti terhadap perkembangan kepribadian atau
kesehatan mental anak (remaja). Unsur-unsur keluarga yang dipandang berpengaruh
itu adalah menyangkut keberfungsian, dan perlakuan keluarga.
1. Keberfungsian
keluarga. Seiring dengan perjalanan hidupnya yang diwarnai oleh faktor internal
(kondisi fisik, psikis, dan moralitas para anggota keluarga), dan faktor
eksternal (perubahan sosial budaya), maka masing-masing keluarga mengalami
perubahan yang beragam. Ada keluarga yang semakin kokoh dalam menerapkan fungsinya
(fungsional-normal), namun ada juga keluarga yang mengalami keretakan atau
ketidakharmonisan (disfungsional-tidak normal).
2. Pola
hubungan orang tua-anak (Sikap atau perlakuan orang tua terhadap anak). Weiten
dan Lioyd (1994:361) mengemukakan lima prinsip effective parenting, yaitu sebagai berikut:
a. Menyusun
standar (aturan perilaku) yang tinggi, namun dapat dipahami. Dalam hal ini anak
diharapkan untuk berperilaku dengan cara yang tepat sesuai dengan usianya.
b. Menaruh
perhatian terhadap perilaku anak yang baik dan memberikan reward (ganjaran).
Perlakuan ini perlu dilakukan sebagai pengganti dari kebiasaan orang tua pada
umumnya, yaitu bahwa mereka suka menaruh perhatian kepada anak pada saat anak
berperilaku menyimpang, namun membiarkannya ketika melakukan yang baik.
c. Menjelaskan
alasannya (tujuannya), ketika meminta anak untuk mengerjakan sesuatu.
d. Mendorong
anak untuk menelaah dampak perilakunya terhadap orang lain.
e. Menegakkan
aturan secara konsisten.
Pada uraian berikut
dikemukakan beberapa hasil penelitian tentang pengaruh lingkungan keluarga
terhadap kesehatan mental remaja.
a. Robinson,
Sheldon, dan Glueck (M. Arifin, 1978:130) mengemukakan hasil penelitiannya,
yaitu bahwa delinquency menjadi
gejala yang sangat penting dari keluarga yang retak (breakdown), yaitu yang mengalami disintegrasi, tekanan emosional,
dan kematian orang tua atau cerai.
b. Peck
(Loree, 1970:144) telah meneliti tentang hubungan antara karakteristik
emosional dan pola perlakuan keluarga dengan elemen-elemen struktur kepribadian
remaja.
DAFTAR
PUSTAKA
http://septyapril.blogspot.com/2012/05/peran-keluarga-terhadap-kesehatan.html
http://saptasarosa.blogspot.com/2009/11/hubungan-kesehatan-mental-dengan.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih telah berkunjung ke blog saya, silahkan berkomentar dengan baik dan sopan