Sabtu, 31 Oktober 2015

PENGETIAN DAN TUJUAN KESEHATAN MENTAL




BAB I
PENGETIAN DAN TUJUAN KESEHATAN MENTAL

A.    Pengertian
Kesehatan mental adalah alih bahasa dari Mental Hygiene atau Mental Health. Memiliki beberapa definisi. Menurut WHO (World Health Organization) dalam Winkel (1991) disebutkan Sehat adalah suatu keadaan berupa kesejahteraan fisik, mental dan sosial secara penuh dan bukan semata-mata berupa absensinya penyakit atau keadaan lemah tertentu. Menurut Zakiah Darojad (1982) adalah Terhindarnya seseorang dari gejala-gejala gangguan dan penyakit jiwa, dapat menyesuaikan diri, dapat memanfaatkan segala potensi dan bakat yang ada semaksimal mungkin dan membawa kepada kebahagiaan bersama serta mencapai keharmonisan jiwa dalam hidup.
Ini berarti seseorang hendaknya memiliki keseimbangan atau dalam keadaan equilibrium, tidak berat sebelah dan tidak goncang. Stabil emosi menghadapi persoalan dan mendapat kepuasan dalam memenuhi kebutuhan jasmani, rohani, sosial dan metafisis.
Kestabilan masing-masing individu berbeda karena diperoleh dari pengalaman-pengalaman yang berbeda.
Macam kestabilan sebagai berikut :
a.       Kestabilan umum, yaitu kemampuan tetap seimbang dalam keadaan bagaimanapun. Misalnya menggunakan pertahanan positif seperti sublimasi.
b.      Kestabilan khusus, yaitu kemampuan menghadapi tantangan khusus, misalnya pindah tempat tinggal, urbanisasi.
c.       Kestabilan dasar, yaitu kemampuan bawaan atau akibat prenatal atau natal. Misalnya walau ada cacat, dia tetap seimbang.
d.      Kestabilan yang dialami, yaitu yang diperoleh dari pengalaman yang dipelajari dalam keluarga untuk digunakan saat menghadapi masalah lebih berat. Sebagai anak sulung, bungsu.
Berarti orang yang selalu stabil dalam menghadapi masalah termasuk orang yang sehat mentalnya.
B.     Tujuan kesehatan mental
a.       Mengusahakan agar manusia memiliki kemampuan mental yang sehat.
b.      Mengusahakan mencegah timbulnya sebab-sebab gangguan dan penyakit mental.
c.       Mengusahakan pencegahan berkembangnya macam-macam gangguan dan penyakit mental.
d.      Mengurangi atau mengadakan penyembuhan terhadap gangguan dan penyakit mental.
Tujuan akan tercapai jika cara menangani dilakukan kerjasama antara ahli yang berwenang serta kesadaran masyarakat. Dilakukan secara terencana, dan tergantung keadaan individu yang ditangani.
C.    Langkah-langkah penanganan
Langkah agar tercapai tujuan penanganan:
a.       Usaha prefentif atau pencegahan adalah mengurangi bahkan meniadakan penyebab gangguan dan penyakit mental.
b.      Usaha korektif adalah perbaikan, mengembalikan keseimbangan terhadap gangguan dan penyakit mental melalui terapi.
c.       Usaha preserfatif adalah usaha pemeliharaan atau menjaga agar tetap baik keadaan yang sudah seimbang atau sehat.
Langkah-langkah diatas bisa dilakukan serentak maupun sendiri-sendiri.
Kriteria pribadi yang normal dengan mental yang sehat menurut Marslow and Mittelmann yang disitir Kartini Kartono sebagai berikut :
1.      Memiliki perasaan aman (sence of scurity) yang tepat. Mampu mengadakan kontak sosial dalam keluarga, dunia kerja, dan masyarakat.
2.      Penilaian diri (self evaluation) dan insight rasional. Ada harga diri, merasa sehat secara moral tanpa merasa berdosa. Mampu mengetahui tingkah laku manusia lain yang tidak sosial dan tidak humanity.
3.      Mempunyai spontanitas dan emosional yang tepat. Bisa menciptakan hubungan yang erat, kuat dan tahan lama seperti persahabatan dan cinta. Dapat mengekspresikan benci, kekesalan hati tanpa hilang kontrol. Mampu merasakan dan mengerti pengalaman dan perasaan orang lain. Dapat gembira dan tertawa, mampu menghayati arti penderitaan dan kebahagiaan tanpa lupa diri.
4.      Mempunyai kontak dengan realitas secara efisien. Kontak dengan dunia fisik tanpa ada fantasi dan angan berlebihan. Kontak dengan dunia sosial, realistis, dan cukup luas tentang dunia manusia. Mampu menerima cobaan hidup seperti sakit, fitnah, duka, dan nasib buruk. Kontak riil dalam diri (internal world). Mampu beradaptasi, dapat berkooperasi dengan keadaan yang tidak dapat ditolaknya.
5.      Memiliki dorongan dan nafsu jasmani yang sehat serta mampu memenuhinya. Ada attitude yang sehat terhadap fungsi jasmani dan tidak diperbudak. Mampu menikmati hidup (makan, tidur, rekreasi), cepat sembuh dari lelah. Memiliki nafsu seks yang sehat, mampu memenuhi tanpa takut dan berdosa, tidak berlebihan. Mampu bekerja, tahan kegagalan, kerugian dan kemalangan.
6.      Mempunyai pengetahuan diri yang cukup, dapat menghayati motif hidup, tahu nafsu dan hasrat, cita-cita dan tujuan hidup secara realistis dan bisa membatasi ambisi dalam batas normal.
7.      Mempunyai tujuan hidup yang adekuat. Yaitu tujuan dapat dicapai dengan kemampuan sendiri. Punya tujuan hidup dan berefek baik bagi masyarakat.
8.      Memiliki kemampuan untuk belajar dari pengalaman hidupnya. Tidak kaku mengolah pengalaman hidupnya, bisa spontan belajar, dan mampu mengukur kekuatan diri dengan benar.
9.      Ada kesanggupan memuaskan tuntutan dan kebutuhan dari kelompoknya. Baik adat, tata cara dan norma di kelompoknya. Menahan nafsu dan keinginan yang bertentangan dengan aturan dalam kelompoknya. Mampu melakukan aktifitas yang mendasar dari ambisi kelompok, tepat bersikap dalam bersahabat, tanggung jawab, loyal dan rekreasi secara sehat.
10.  Mempunyai sikap emansipasi dalam kelompok dan kebudayaannya, namun memiliki originalitas dan individualitas yang khas, dapat membedakan baik dan buruk. Sadar punya kebebasan terbatas dalam berpendapat di kelompok, tanpa sikap sombong, munafik, dan hasrat selalu menonjolkan diri. Toleran dan apresiasi terhadap budaya dan perubahan yang terjadi.
11.  Memiliki intergritas dalam keperibadiannya. Dapat mengadakan asimilasi dan adaptasi terhadap perubahan dan minat pada bermacam aktivitas. Memiliki moral dan kesadaran yang tidak kaku, fleksibel di masyarakat. Mampu konsentrasi pada sebuah usaha, tanpa konflik dalam diri sendiri, tanpa diasosiasi terhadap lingkungan sosialnya.

BAB II
HUBUNGAN KESEHATAN MENTAL
DENGAN LAPANGAN HIDUP LAIN

Kesehatan mental merupakan ilmu pengetahuan praktis, sehingga pandangan terhadap ilmu kesehatan mental dan penerapannya tergantung lapangan hidup, keahlian dan kepentingan masing-masing.
Misal psychiatrist menggunakan ilmu kesehatan mental menitik beratkan pada bahaya sikap pribadi yang merugikan atau kurang wajar. Seperti senang melamun, gelisah, mengasingkan diri, atau takut yang berlebihan. Sedang para pendidik menitikberatkan pada bahaya-bahaya yang melanggar norma sosial, susila, tata tertib dan sejenisnya.
Demikian juga lapangan hidup lainnya, maka disini akan disajikan beberapa hubungan itu.
A.    Hubungan kesehatan mental dengan kesehatan fisik
Mental dan fisik mempunyai hubungan yang erat, tetapi tidak diketahui seberapa eratnya secara pasti. Contoh : fisik yang sedang sakit, bisa menjadikan orang cepat tersinggung berbeda dengan saat sehat. Bisa juga fisik yang sedang sakit cepat sembuh, jika sikap mentalnya optimis, sehingga sakitnya lebih ringan dan mudah sembuh. Sedangkan yang pesimis, sakitnya lebih lama sembuh, seperti adanya rasa takut mati, atau takut bertambah parah. Sehingga tepat jika pasien diberi penjelasan tentang penyakitnya agar sadar dan optimis.
B.     Hubungan kesehatan mental dengan kehidupan spriritual
Manusia selain memenuhi kebutuhan biologis, juga perlu memenuhi kebutuhan metafisis. Yaitu memberikan kebutuhan spiritualitas terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
Dengan menyerahkan diri kepada-Nya sesuai agama masing-masing akan memberikan ketentraman. Semua derita dan kesusahan diserahkan kepada keadilan-Nya, menerima kenyataan takdir-Nya, dengan penuh keyakinan dan kepercayaan dapat memperoleh keseimbangan mental.
C.    Hubungan kesehatan mental dengan pendidikan
Tempat pertama anak mendapat pendidikan adalah keluarga. Ada kala ada orang tua yang memanjakan anaknya namun ada pula yang bertindak keras kepada anaknya. Namun jika orang tua paham tentang kesehatan mental akan mendidik putra putrinya sesuai dengan perkembangan dan kemampuan anak.
Sekolah merupakan masyarakat yang lebih besar dari keluarga. Bukan hanya sebagai tempat memberikan pelajaran tetapi juga pendidikan sesuai perkembangan anak, agar potensinya berkembang secara puas dan senang dan memiliki pribadi yang integral. Sekolah yang merupakan kelanjutan pendidikan setelah keluarga dikenal sebagai community sentered, itupun jika pendidik mau mengerti secara mendalam mengenai masalah anak didik, cakap dan punya teknik melayani anak didik, punya pandangan luas, dan melakukan prinsip-prinsip yang sesuai dengan ilmu kesehatan mental.
D.    Hubungan kesehatan mental dengan kehidupan berkeluarga
Kurang pengertian antara suami dan istri akan menimbulkan kegoncangan, ketidakseimbangan keluarga. Apalagi perbedaan latar belakang dari suami dan istri. Tetapi kadang justru perbedaan dan saling berlawanan menjadi sejahtera dengan syarat saling menyadari dan menempatkan diri sesuai fungsinya. Dan masing-masing mau mengadakan penyesuaian (adjustment). Yang terpenting dalam kehidupan rumah tangga mau menjalankan prinsip kesehatan mental, yaitu saling berusaha dan berkorban menjaga keutuhan keluarga itu.
E.     Hubungan kesehatan mental dengan perusahaan
Pengusaha sangat penting memperhatikan kesejahteraan karyawannya. Kesejahteraan lahir batin akan menjamin keberhasilan perusahaan, seperti adanya jaminan sosial, jaminan hari tua, tunjangan keluarga, hak cuti, rekreasi, juga sikap ramah dan kekeluargaan. Ini akan meningkatkan gairah kerja karyawan. Ini bukan hanya kewajiban pokok pengusaha, namun karyawan juga patut mendapat penerangan bahwa perlu menjaga keseimbangan lahir batin sesuai prinsip kesehatan mental.
F.     Hubungan kesehatan mental dengan lapangan hukum
Zaman dahulu pelanggar hukum mendapat hukuman agar jera/ takut tidak berbuat pelanggaran lagi. Pandangan zaman modern, pelanggar hukum dianggap sebagai individu yang sedang terganggu keseimbangannya, mereka tidak diperlakukan sebagai pesakitan, tetapi sebagai orang yang mengalami gangguan sosial yang perlu dibimbing agar mampu kembali ke kehidupan sosial sesuai hukum. Juga agar sadar akan perbuatannya dan tidak melakukan pelanggaran hukum lagi.
G.    Hubungan kesehatan mental dengan kebudayaan
Manusia dikatakan sebagai makhluk tertinggi karena memiliki budaya. Peninggalan budaya seperti gambar dan tulisan, di batu, gua dan candi dengan ukiran kisah masa lampau. Juga tata cara kehidupan yang dirasakan manfaatnya. Semua itu adalah bukti manusia sejak dulu hingga sekarang menggeluti budaya. Hasil karya seni seperti tari, musik, juga seni dalam bentuk tulis seperti novel, cerpen, buku sejarah dan ilmiah yang memiliki corak sendiri-sendiri. Para pencipta seni selain mampu mencipta juga menikmati manfaatnya dalam kehidupan. Sedang yang tidak mampu mencipta dapat menikmati dan memanfaatkan dalam kehidupan, sehingga kadang mengalir rasa kagum dan mengenyahkan rasa sedih dan kecewa.




BAB III
SEJARAH KESEHATAN MENTAL

Mental hygiene disebut juga ilmu kesehatan mental merupakan ilmu pengetahuan yang masih muda. Dulu orang berpendapat gangguan keseimbangan mental disebabkan oleh roh jahat. Sehingga penyembuhannya melalui jalan pengusiran roh jahat. Caranya dengan memukuli penderita agar roh jahat pergi. Dari ini timbul usaha perbaikan tindakan dalam penyembuhan dan memelihara penderita gangguan mental. Antara lain Philippe Pinel (Perancis). William Tulke (Inggris). Dorothe Dix (Amerika) seorang wanita sebagai tokoh abad 21 melakukan usaha perbaikan kondisi rumah sakit jiwa di amerika dan eropa. Banyak usahanya yang dijadikan dasar-dasar aktivitas Mental Hygiene.
Clifford Whittingham Beers (1876-1943), ia pernah menderita sakit mental selama 2 tahun dan dirawat di rumah sakit jiwa. Ia mengalami banyak siksaan dan perlakuan yang keras sebagai metode penyembuhan, iapun lalu menulis buku berjudul “A mind that found it self”. Beers mengecam tindakan yang kurang berperikemanusiaan dan menyarankan program perbaikan dalam cara penyembuhan dan pemeliharaan penderita. Ia yakin penyakit mental dapat disembuhkan, maka ia menyusun program nasional sebagai berikut :
1.      Perbaikan metode pemeliharaan dan penyembuhan penderita mental.
2.      Kampanye memberikan informasi agar orang bersikap inteligent dan human terhadap penderita.
3.      Memperbanyak research dan menyelidiki penyebab timbulnya penyakit mental beserta terapinya.
4.      Memperbesar usaha edukatif dan memberi penerangan untuk mencegah timbulnya gangguan dan penyakit mental.
Berdasarkan saran Beers, Adolf Mayer (psychiater) membantu usaha pengembangan gerakan kesehatan mental. Ia yang mengemukakan istilah “Mental Hygiene”. Pada 1908 di Amerika berdiri organisasi “Connectitude Society for Mental Hygiene”. Pada 1909 berdiri “The National Committe for Mental hygiene”. Di Inggris pada 1842 berdiri organisasi “The Society for Improving the Condition of the Insane”. Akibat perang dunia I dan II terdapat banyak penderita “war neurosis” dikalangan anggota militer sehingga gerakan Mental Hygiene semakin berkembang pesat dengan mencari metode yang tepat mencegah gangguan mental dan pembaharuan metode penyembuhan. Karena semakin pesat, Mental Hygiene yang mulanya menolong penderita mental kemudian meluas memberikan pertolongan kepada siapa saja yang memerlukan. Sehingga butuh bantuan pengetahuan lain, antara lain : psikologi umum, psikologi khusus, sosiologi, ilmu kesehatan, teori kepribadian, psikologi abnormal, psikologi penyesuaian, beserta metode penyelidikan dan sebagainya.
Pada 1909 Frank Parsons melakukan penyuluhan dan bimbingan untuk pertama kalinya. Untuk menolong orang terlantar yang kehilangan pekerjaan karena perang, dan yang kehilangan kepercayaan diri di lingkungan sosial. Upaya Parsons terutama tertuju bagi anak-anak yang tidak mempunyai pekerjaan yang sesuai dengan kemampuannya. Usaha ini disebut Bimbingan Jabatan (Vocational Guidance) dan akhirnya meluas ke berbagai bidang.
Dr. William Healy (dokter dari institut anak-anak psikopath di Chicago) berupaya agar anak-anak tidak mengalami kesukaran dalam tumbuh kembangnya. Menurutnya banyak gangguan keseimbangan mental berpangkal dari masa kanak-kanak yang kurang perhatian dan kasih sayang orang tua. Healy mendorong orang tua dan calon orang tua sadar bagaimana sikap dan cara menghadapi anak sebaik-sebaiknya (segi preventif). Kemudian penyuluhan ini  berlanjut ke dunia pendidikan, bahwa siswa drop-out dapat menyebabkan kenakalan sebab tidak mendapat pemecahan yang tepat. Selanjutnya usaha ini meluas ke bidang yang lain seperti industri, pengadilan perdagangan, keagamaan, militer, pemerintahan, dan sebagainya.
Pada 1930 Mental Hygiene mengadakan kongres yang pertama di Washington D.C. Dan pada 1946 Presiden Amerika Serikat menandatangani undang-undang ‘The National Mental Health Act” untuk memajukan kesehatan mental rakyat Amerika. Berdirilah “National Institute of Mental Health”. Organisasi yang ikut menyelenggarakan program Mental Hygiene antara lain :
1.      WHO (World Health Organization) organisasi ini memberi informasi dan penyuluhan tentang kesehatan mental kepada seluruh anggota PBB.
2.      UNESCO (the United Nations Educational Scientific and Cultural Organization), merupakan biro PBB yang menstimulir penukaran informasi kebudayaan antar bangsa.
3.      WFMH (World Federation of Mental Health), didirikan pada 1948 antara the International Committee for Mental Hygiene dengan the British Association for Mental Health, merupakan kelompok Non Goverment Health Agencies membantu kesehatan di dunia.
Di indonesia Mental Hygiene dibawah proyek Departemen Kesehatan, bekerjasama dengan instansi lain negeri dan swasta seperti BKKBN, LSM, rumah sakit dll.

BAB IV
KEPRIBADIAN DAN KESEHATAN MENTAL

Kepribadian adalah alih bahasa dari personality, berasal dari kata persona artinya topeng atau kedok. Biasa digunakan saat bermain sandiwara. Istilah personality sering disamakan denga character atau watak maupun tipe. Allport berpendapat (dalam buku Sumardi Suryabrata 1982) : Character is personality evaluated and personality is character devaluated. Ia menganggap watak dan kepribadian adalah satu dan sama tetapi dipandang dari segi yang berlainan. Bila mengadakan penelitian dengan menggunakan norma, tepat dipakai istilah watak. Kalau menggambarkan apa adanya lebih tepat menggunakan istilah kepribadian.
Pengetahuan psikologi kepribadian terdiri atas beberapa teori dan digolongkan berdasarkan berbagai hal. Uraian ini hanya dilihat dari pendekatannya (approach) yang terdiri dari dua kelompok teori. Cara pendekatan : pertama pendekatan tipologi (typologycal approach). Contohnya antara lain teori Hipprocarets Galenus, Heymans. Kedua : pendekatan pensifatan (trait approcah) contohnya antara lain Sigmund Freud, C.G Yung dan G.W Allport.

A.    Teori Hippocrates-Galenus
Berdasarkan pengaruh kosmologi. Yang menganggap alam bersama isinya tersusun atas empat unsur. Tanah (sifat kering), air (sifat basah), udara (sifat dingin), dan api (sifat panas). Manusia sebagai salah satu mikrokosmos mempunyai empat cairan beserta sifatnya.
1.      Sifat kering terdapat pada empedu kuning (chole tipe choleris), sifat khasnya besar semangat/hidup, keras, mudah marah, daya juang besar optimisme.
2.      Sifat basah terdapat pada empedu hitam (melanchole tipe Melancholis) sifat khasnya mudah kecewa, suka merenung, daya juang kecil, pesimistis.
3.      Sifat dingin terdapat pada lendir (phlegma tipe Phlegmatis), sifat khasnya tenang/kalem, tak mudah dipengaruhi, setia, lamban.
4.      Sifat panas terdapat pada darah (sanguis tipe Sanguinis) sifat khasnya ramah, mudah ganti haluan.
Bila empat cairan dalam tubuh selaras, individu normal atau sehat bila tidak seimbang maka tidak normal atau sakit.
B.     Teori Heymans
Teori Heymans berdasarkan atas temperamen. Dengan data empirik dibagi menjadi tiga kualitas kejiwaan. Dan secara teori, masing-masing kategori dilakukan dikotomisasi sehingga ditemukan dua golongan manusia.
1.      Emosionalitas
Mudah atau tidak terpengaruh dengan kesan-kesan. Tiap orang berbeda kecakapannya menghayati suatu perasaan.
a.       Golongan emosional (+), memiliki sifat impulsif, mudah marah, suka tertawa, perhatian kurang mendalam, tidak tenggang rasa, tidak praktis, dalam berpendapat tetap, ingin berkuasa, dapat dipercaya soal keuangan.
b.      Golongan tidak emosional (-), memiliki sifat berhati dingin, hati-hati menentukan pendapat, tenggang ras, praktis, jujur dalam batas hukum, dapat menahan nafsu birahi, memberi kebebasan orang lain.

2.      Proses pengiring
Banyak atau sedikit pengaruh dari kesan-kesan pada kesadaran setelah kesan itu tidak berada lagi dalam kesadaran. Tingkatannya berbeda pada setiap orang.
a.       Golongan proses pengiring kuat (+), berfungsi sekunder, sifatnya antara lain tenang, tidak mudah putus asa, suka menolong, bijaksana, ingatannya baik, berfikir bebas, teliti, konsekuen, dalam politik moderat atau konservatif.
b.      Golongan proses pengiring lemah (-), berfungsi primer, sifatnya tidak tenang, mudah putus asa, ingatan kurang baik, boros, tidak teliti, tidak konsekuen, dalam politik radikal, egoistis.
3.      Aktivitas
Banyak sedikitnya orang itu menjelmakan perasaan dan pikiran dalam tindakan spontan.
a.       Golongan aktif (+), karena suatu alasan yang lemah, sifatnya senang sibuk, bergerak, periang, mudah mengerti, praktis, kuat menentang penghalang, padangan luas, loba, lekas damai, tenggang rasa.
b.      Golongan tidak aktif (-), yakni mereka yang walaupun ada alasan kuat belum mau bertindak, sifatnya lekas mengalah, mudah putus asa, memandang berat segala persoalan, perhatian tak mendalam, tidak praktis, nafsu birahi sering bergelora, boros, segan membuka hati.
Atas dasar tiga kategori yang masing-masing terdiri dari 2 golongan sehingga ada delapan tipe. Golongan emosional proses pengiringnya kuat serta aktif diberi tanda (+), sebaliknya golongan tidak emosional proses pengiringnya lemah dan tidak aktif diberi tanda (-).
C.    Teori Sigmund Freud
Menurut Freud, kesadaran itu hanya sebagian kecil dari kehidupan psikis. Seperti gunung es di lautan, gunung es yang menjulang dipermukaan laut hanya sebagian kecil, sedangkan yang berada didalam lautan sangat besar. Ini menggambarkan alam tidak sadar lebih besar/luas dibandingkan alam sadar.
Kepribadian menurut Freud
Menurutnya kepribadian terdiri dari beberapa aspek, yaitu :
1.      Das Es atau the id merupakan aspek biologis, sebagai reservoir energi psikis yang menggerakkan das ich dan uber ich. Das Es mereduksi ketegangan, menghalau rasa tidak enak dengan dua cara, (a.) refleks atau gerakan otomatis seperti saat bersin atau berkedip. (b.) proses primer, orang lapar karena membayangkan makanan, orang tidak kenyang dengan hanya membayangkan makanan.
2.      Das Ich atau the ego merupakan aspek psikologis, yang menghubungkan dengan dunia realita. Seperti bila lapar, Das Es membayangkan makanan sedangkan Das Ich mampu membedakan khayalan dan realitas. Das Ich bereaksi dengan proses sekunder yaitu makan.
3.      Das Uber Ich atau the super ego sebagai aspek sosiologis, yaitu aspek sosiologis pada kepribadian, sebagai wakil nilai-nilai masyarakat yang diajarkan kepada generasi berupa perintah dan larangan.
D.    Teori C.G Yung
Fungsi jiwa terdiri dari empat fungsi pokok, yang rasional yaitu : (1) pikiran dan (2) perasaan. Yang irasional yaitu : (3) pendirian dan (4) intuisi. Fungsi rasional melakukan penilaian, pikiran menilai benar atau salah. Perasaan menilai dasar menyenangkan dan tak menyenangkan. Fungsi yang irasional mendapatkan pengamatan dengan sadar indriah, intuisi mendapatkan pengamatan secara tak sadar naluriah.
Individu mempunyai empat fungsi, tetapi satu yang dominan, fungsi yang paling berkembang merupakan fungsi superior dan menentukan tipe individu tertentu. Empat fungsi ini berpasangan sehingga jika satu fungsi menjadi superior pasangannya menjadi inferior di alam ketidaksadaran, dua yang lain menjadi fungsi bantu, di alam sadar sebagian dan di alam tidak sadar sebagian. Fungsi pasangan ini berhubungan secara kompensatoris, bila fungsi superior makin besar, kebutuhan fungsi inferior melakukan kompensasi sehingga makin besar gangguan terhadap keseimbangan jiwa/mental kedalam tingkah laku yang tidak terkendali.
Terdapat dua tipe manusia yang tiap-tiap individu berbeda, ada yang berorientasi ke dalam dan ke luar, tipe ekstrovet (keluar) dipengaruhi dunia objektif, perasaan dan tindakannya ditentukan oleh lingkungan sosial dan non sosial, yang mana mudah bergaul, hubungan dengan orang lain lancar, kelemahannya ketika terlalu tenggelam dalam dunia objektif. Dan tipe introvert (kedalam) dipengaruhi dunia subjektif, orientasi tertuju kedalam. Jiwanya tertutup, sukar bergaul, kurang menarik hati orang lain, bahayanya jika jaraknya terlalu jauh dengan dunia objektif.
E.     Teori G.W Allport
Kepribadian adalah organisasi dinamis dalam individu sebagai sistem psikofisis yang menentukan caranya yang khas dalam menyesuaikan diri terhadap lingkungan.
Secara ideal manusia dewasa yang mempunyai kematangan/ kedewasaan mempunyai hal-hal sebagai berikut:
1.      Extension of Self
Mempunyai proyeksi ke masa depan, merencanakan, mengharapkan (planning, hoping).
2.      Self objectification
Ada dua komponen pokok yaitu insight dan humor. Insight yaitu kecakapan individu memahami dirinya, humor adalah kecakapan mendapatkan kesenangan.
3.      Filsafat hidup/ Philosophy of life
Individu yang menikmati hidup secara objektif harus di dasari latar belakang yang memberikan arti dan tujuan dalam hidup.

BAB V
KEBUTUHAN MANUSIA

Kebutuhan manusia berarti sesuatu yang diinginkan atau diperlukan dalam kehidupan manusia. Kebutuhan yang sangat utama adalah kebutuhan untuk kelangsungan hidup organisme manusia beserta kebutuhan untuk meningkatkan atau menyempurnakan kesejahteraan hidup.
A.    Kebutuhan manusia
1.      Kebutuhan biologis/fisiologis
Berarti sesuatu yang diperlukan untuk hidup, yang termasuk kebutuhan biologis ialah makan, minum, menghirup oksigen, istirahat/tidur, dan seks.
2.      Kebutuhan psikologis
Kebutuhan yang diusahakan individu untuk memenuhi dorongan-dorongan yang sesuai dengan keinginan, selera, sehingga memuaskan jiwa/mentalnya.
3.      Kebutuhan sosiologis
Manusia selain sebagai makhluk individu juga sebagai makhluk sosial, maka terjadi interaksi sosial, saling membutuhkan, tolong menolong dan mencinta.
4.      Kebutuhan metafisis
Manusia selalu mempertahankan eksistensinya, sebab merasa dirinya mempunyai mempunyai arti di dalam kehidupan. Sebaliknya akan merasa kosong diikuti ketakutan dan keraguan. Bentuk tertinggi dalam pemberian arti bagi dirinya bahwa akunya dalam hubungan terhadap Maha Pencipta. Berarti manusia mempunyai kebutuhan fundamental pada nilai metafisik.
B.     Hirarki kebutuhan
Hirarki kebutuhan diajukan oleh tokoh psikolog humanistik yaitu Abraham H. Maslow. Dia membagi kebutuhan manusia terdiri atas:
1.      Kebutuhan karena kekurangan (deficiency need)
Pemenuhannya tergantung pada orang lain. Kebutuhan ini adalah :
a.       Kebutuhan jasmani: makan, minum, tidur, jika terpenuhi maka membutuhkan kebutuhan lain.
b.      Kebutuhan keamanan: terhindar dari bahaya, nyaman, bila terpenuhi timbul kebutuhan lainnya.
c.       Kebutuhan untuk memiliki dan cinta kasih, berkeluarga, bersahabat, jika terpenuhi timbul kebutuhan lainnya.
d.      Kebutuhan harga diri: dipercaya, dihormati/dihargai.
Pemenuhan kebutuhan ini bertahap, bila pertama terpenuhi muncul selanjutnya.
2.      Kebutuhan untuk tumbuh (growth need)
Kebutuhan yang bergantung pada diri sendiri. Meliputi kebutuhan :
a.       Kebutuhan aktualisasi diri, mengembangkan potensi dan bakat.
b.      Kebutuhan untuk tahu dan mengerti, tahu berbagi ilmu dan pemahamannya.
c.       Kebutuhan estetis, kebutuhan keindahan, keteraturan, kelengkapan.

BAB VI
PERAN EMOSI DALAM KEHIDUPAN

Dalam kehidupan sehari-hari, rasa khususnya emosi sangat besar mempengaruhi perbuatan atau tingkah laku manusia, sehingga menggangu keseimbangan mental yang menyebabkan terjadinya problem. Ketidakseimbangan mental, mempengaruhi ketidakbulatan pribadi seseorang.
A.    Perasaan
Menurut buku Dakir (1984), Linschoten membagi perasaan manusia menurut modalitasnya menjadi tiga:
1.      Suasana hati
Yaitu rasa yang terkadung dalam situasi kejiwaan yang dapat berlangsung lama. Meliputi: a. Euphoor yaitu rasa gembira, b. Netral yaitu rasa acuh tak acuh, c. Dysphoor yaitu rasa murung.
2.      Perasaan dalam arti sempit
Suatu rasa yang selalu bersangkut paut dengan situasi yang didalamnya terdapat hasil konfrontasi harga diri dengan harga lain, seperti rasa heran, antipati, simpati, belas kasihan, benci dan sebagainya.
3.      Emosi
Emosi merupakan bagian dari perasaan dalam arti luas. Emosi tampak karena rasa yang bergejolak sehingga yang bersangkutan mengalami perubahan dalam situasi tertentu mengenai perasaan. Misalnya tertawa terkekeh-kekeh yang tak terkendali dalam suasana duka.
B.     Perkembangan emosi
Emosi berkembang sejak lahir. Emosi ditimbulkan oleh adanya rangsan. Emosi nampak dari luar berupa tingkah laku yang sesuai dengan cara-cara yang dipelajari dari masyarakat. Goleman (1977) berpendapat emosi bukan bawaan genetik, temperamen individu dapat dilatih melalui proses belajar sepanjang hidupnya dengan mempelajari pengalaman.
C.    Reaksi emosional
Menurut Goleman emosi dasar meliputi, takut, marah, sedih, dan senang. Perkembangan emosi yang lain merupakan hasil campuran, reaksi itu diantaranya:
1.      Takut, terjadi karena merasa lebih lemah.
2.      Gelisah, karena menghadapi hal-hal yang belum diketahui atau dialami.
3.      Marah, merupakan reaksi terhadap hambatan yang menyebabkan gagalnya usaha atau perbuatan.
4.      Sedih/susah, keadaan yang disebabkan kehilangan atau kekosongan terhadap situasi.
5.      Senang/gembira, rasa positif terhadap sesuatu situasi atau objek yang dihadapi.
6.      Iri, reaksi gabungan/perpaduan antara bentuk emosi. Terkandung sikap membandingkan antara dirinya dan orang lain, dirinya merasa kurang, merasa kalah sehingga timbul keinginan menyamai bahkan melebihi.
D.    Peranan emosi dalam kehidupan
Menurut H. Sorensen emosi mempunyai kebaikan dan kejelekan.
1.      Emosi memperkaya kehidupan
Dengan emosi manusia mencapai cita-cita, bahagia saat sukses dan sedih saat terpuruk, tanpa emosi hidup tidak akan disertai rasa cinta, persahabatan, bangga dan sukses.
2.      Emosi menciptakan pembatasan kehidupan
Emosi mempersatukan manusia, karna masing-masing pernah mengalami perasaan yang sama. Misal, cinta, marah, sedih dll.
3.      Emosi memberikan tenaga tambahan
Saat-saat tertentu kita memiliki kekuatan yang mengagumkan sehingga dapat berguna pada saat itu, seperti perawat yang langsing mampu mengangkat pasien yang gemuk karena dorongan emosi yang kuat karena pasien dalam keadaan bahaya.
4.      Emosi memacu untuk berbuat baik
Manusia dan manusia yang lain saling terhubung dengan rasa (emosi) cinta. Misalnya perwujudan persaudaraan, persahabatan, kemurahan hati dll.
5.      Emosi merupakan obat penguat
Perasaan emosi yang gembira merupakan penguat bagi kesegaran jiwa. Misal orang tua yang lelah pulang kerja menjadi berkurang bahkan hilang lelahnya karena merasa gembira disambut anak-anaknya.

BAB VII
PENYESUAIAN DIRI

Lazarus (1961) Penyesuaian diri termasuk reaksi seseorang karena adanya tuntutan yang dibebankan kepada dirinya. Begitu juga pendapat Thorndike dan Hogen yang disitir Mustafa Fahmi (1977), yaitu kemampuan individu mendapat ketentraman secara internal dan hubungannya dengan dunia sekitarnya.
Maka disimpulkan: penyesuaian diri adalah kemampuan individu untuk bereaksi karena tuntutan dalam memenuhi dorongan/kebutuhan dan mencapai ketentraman batin dalam hubungannya dengan sekitar.
A.    Penyesuaian yang berhasil
Menurut Winarna Surachmad (dalam Siti Sundari, 1986):
1.      Bila dengan sempurna memenuhi kebutuhan, tanpa melebihkan yang satu dan mengurangi yang lain.
2.      Bila tidak mengganggu manusia lain dalam memenuhi kebutuhan yang sejenisnya.
3.      Bila bertanggungjawab terhadap masyarakat dimana berada.
B.     Macam-macam penyesuaian diri
1.      Penyesuaian terhadap keluarga/family adjustment, keharmonisan keluarga terwujud bila anggota keluarga sadar dan sanggup memenuhi fungsinya.
2.      Penyesuaian diri terhadap sosial/sosial adjustment, agar terjadi keharmonisan sosial harus ada kesadaran bermasyarakat.
3.      Penyesuaian diri terhadap sekolah/school adjustment, sekolah yang mampu menumbuhkan penyesuaian diri yang baik, bersifat konstruktif.
4.      Penyesuaian diri terhadap perguruan tinggi/college adjustment, sama dengan sekolah, hanya butuh pengembangan kepribadian, dapat belajar dan siap menghadapi persaingan.
5.      Penyesuaian diri terhadap jabatan/vocational adjustment, matang dalam memegang jabatan, senang pada jabatannya, bercita-cita meraih kemajuan.
6.      Penyesuaian diri terhadap perkawinan/marriage adjustment, harus ada kesadaran akan hakikat perkawinan, saling mengerti, saling memberi dan menerima.
C.    Proses penyesuaian diri
Proses penyesuaian diri merupakan lifelong process (belajar sepanjang hidup), harus berusaha menemukan dan mengatasi rintangan. Dan akan mendapat respon, kadang baik kadang buruk. Respon baik dan buruk ini untuk memelihara keseimbangan secara wajar. Karena individu juga berusaha menghindari ketegangan. Contohnya bayi mencari pemenuhan kebutuhan yang tidak wajar untuk mengganti respon yaitu menghisap ibu jari karena tidak terpenuhinya secara optimal kebutuhan asi dan kasih sayang kepadanya.
D.    Penyesuaian diri yang positif
Penyesuaian yang positif antara lain, tidak adanya ketegangan emosi, tetap tenang dan tidak panik menghadapi masalah. Dalam memecahkan masalah tidak menggunakan psikologi defence mekanisme maupun escape mekanisme. Bersikap realistis dan objektif, mampu belajar ilmu pengetahuan yang mendukung terhadap apa yang dihadapi, sehingga dengan ilmu itu dapat menanggulangi problemnya. Dan sanggup membandingkan pengalaman diri sendiri dan orang lain untuk mencari solusi.
E.     Penyesuaian diri yang negatif
Yaitu penyesuaian diri yang menyimpang dari realita, yakni yang bersangkutan tidak dapat mengendalikan emosinya, mudah panik. Menggunakan pertahanan diri yang berlebihan karena mengalami kegagalam dalam penyesuaian diri, sehingga frustasi, cemas dan terguncang.

BAB VIII
FRUSTASI, KONFLIK DAN KECEMASAN

Manusia selalu berusaha mengadakan penyesuaian diri secara sadar maupun tidak sadar. Namun kadang semua keinginan tidak sepenuhnya terpenuhi atau mengalami kegagalan. Orang yang mengalami penyesuaian negatif/gagal, bila menghadapi problem menjadi gugup dan panik, hal ini menyebabkan timbulnya frustasi, konflik maupun kecemasan.
A.    Frustrasi (frustation)
Abe Arkoff mengatakan bahwa frustasi itu suatu proses dimana tingkah laku kita terhalang. Frustasi itu suatu keadaan perasaan yang disertai proses rintangan. Dan mengatasi frustasi tergantung pada tanggapan masing-masing terhadap situasi atau keadaan dan cara mengekspresikan frustasi itu.
B.     Koflik (conflict)
Konflik menurut Abe Arkoff merupakan pertentangan batin. Konflik sebagai suatu keadaan perasaan yang disertai proses pertentangan. Suatu keadaan yang menekan karena adanya dua atau lebih pertentangan dari keinginan-keinginan seseorang. Konflik dapat digolongkan menjadi:
1.      Konflik atau pertentangan antara dua hal/keadaan yang sama diingini sehingga keduanya tak mungkin dipenuhi.
2.      Konflik atau pertentangan antara satu hal yaitu sisi satu diingini dan sisi lain tidak diingini.
3.      Konflik atau pertentangan antara dua hal yang sama-sama tak disenangi.
C.    Kecemasan (anxiety)
Kecemasan, ketakutan adalah merupakan bagian dari kehidupan manusia. Abe Arkoff menjelaskan sebagai berikut, kecamasan adalah suatu keadaan yang menggoncangkan karena adanya ancaman terhadap kesehatan.
Macam-macam kecemasan:
1.      Kecemasan karena merasa bersalah atau berdosa.
2.      Kecemasan karena akibat melihat dan mengetaui bahaya yang mengancam dirinya.
3.      Kecemasan dalam bentuk yang kurang jelas, apa yang ditakuti tidak seimbang, bahkan yang ditakuti adalah hal/benda yang tidak berbahaya.
Phobia adalah rasa takut yang sangat atau berlebihan terhadap sesuatu yang tidak diketahui penyebabnya. Menurut A. Supratiknya (1995) umumnya phobia terjadi karena proses belajar yang tidak sesuai (faulty learning).
Contoh phobia seperti, Antropophobia : takut kepada manusia, Gynophobia : takut pada wanita, dll.












DAFTAR PUSTAKA

Sundari HS, Siti. Dra. M.Pd, Kesehatan mental dalam kehidupan, penerbit Rineka Cipta

1 komentar:

  1. Mirisnya isu kesehatan mental masih melekat stigma negatif bagi kebanyakan masyarakat Indonesia, jadi bagi yang mengalami penyakit mental merasa minder saat mau menggunakan layanan kesehatan mental. Tapi katanya dengan membaca artikel psikoedukasi secara intensif mampu menurunkan stigma sosial dan pribadi yang disematkan pada pengguna layanan kesehatan mental secara signifikan. Ini penelitiannya.

    BalasHapus

Terima kasih telah berkunjung ke blog saya, silahkan berkomentar dengan baik dan sopan