BAB
I
PENGETIAN
DAN TUJUAN KESEHATAN MENTAL
A.
Pengertian
Kesehatan
mental adalah alih bahasa dari Mental
Hygiene atau Mental Health.
Memiliki beberapa definisi. Menurut WHO (World
Health Organization) dalam Winkel (1991) disebutkan Sehat adalah suatu
keadaan berupa kesejahteraan fisik, mental dan sosial secara penuh dan bukan
semata-mata berupa absensinya penyakit atau keadaan lemah tertentu. Menurut Zakiah
Darojad (1982) adalah Terhindarnya seseorang dari gejala-gejala gangguan dan
penyakit jiwa, dapat menyesuaikan diri, dapat memanfaatkan segala potensi dan
bakat yang ada semaksimal mungkin dan membawa kepada kebahagiaan bersama serta
mencapai keharmonisan jiwa dalam hidup.
Ini
berarti seseorang hendaknya memiliki keseimbangan atau dalam keadaan
equilibrium, tidak berat sebelah dan tidak goncang. Stabil emosi menghadapi
persoalan dan mendapat kepuasan dalam memenuhi kebutuhan jasmani, rohani,
sosial dan metafisis.
Kestabilan
masing-masing individu berbeda karena diperoleh dari pengalaman-pengalaman yang
berbeda.
Macam kestabilan sebagai berikut :
a. Kestabilan
umum, yaitu kemampuan tetap seimbang dalam keadaan bagaimanapun. Misalnya
menggunakan pertahanan positif seperti sublimasi.
b. Kestabilan
khusus, yaitu kemampuan menghadapi tantangan khusus, misalnya pindah tempat
tinggal, urbanisasi.
c. Kestabilan
dasar, yaitu kemampuan bawaan atau akibat prenatal atau natal. Misalnya walau
ada cacat, dia tetap seimbang.
d. Kestabilan
yang dialami, yaitu yang diperoleh dari pengalaman yang dipelajari dalam
keluarga untuk digunakan saat menghadapi masalah lebih berat. Sebagai anak
sulung, bungsu.
Berarti
orang yang selalu stabil dalam menghadapi masalah termasuk orang yang sehat mentalnya.
B.
Tujuan
kesehatan mental
a. Mengusahakan
agar manusia memiliki kemampuan mental yang sehat.
b. Mengusahakan
mencegah timbulnya sebab-sebab gangguan dan penyakit mental.
c. Mengusahakan
pencegahan berkembangnya macam-macam gangguan dan penyakit mental.
d. Mengurangi
atau mengadakan penyembuhan terhadap gangguan dan penyakit mental.
Tujuan akan tercapai jika cara
menangani dilakukan kerjasama antara ahli yang berwenang serta kesadaran
masyarakat. Dilakukan secara terencana, dan tergantung keadaan individu yang ditangani.
C.
Langkah-langkah
penanganan
Langkah agar tercapai tujuan
penanganan:
a. Usaha
prefentif atau pencegahan adalah mengurangi bahkan meniadakan penyebab gangguan
dan penyakit mental.
b. Usaha
korektif adalah perbaikan, mengembalikan keseimbangan terhadap gangguan dan
penyakit mental melalui terapi.
c. Usaha
preserfatif adalah usaha pemeliharaan atau menjaga agar tetap baik keadaan yang
sudah seimbang atau sehat.
Langkah-langkah
diatas bisa dilakukan serentak maupun sendiri-sendiri.
Kriteria pribadi yang normal dengan mental yang
sehat menurut Marslow and Mittelmann yang disitir Kartini Kartono sebagai
berikut :
1. Memiliki
perasaan aman (sence of scurity) yang
tepat. Mampu mengadakan kontak sosial dalam keluarga, dunia kerja, dan
masyarakat.
2. Penilaian
diri (self evaluation) dan insight rasional. Ada harga diri, merasa
sehat secara moral tanpa merasa berdosa. Mampu mengetahui tingkah laku manusia
lain yang tidak sosial dan tidak humanity.
3. Mempunyai
spontanitas dan emosional yang tepat. Bisa menciptakan hubungan yang erat, kuat
dan tahan lama seperti persahabatan dan cinta. Dapat mengekspresikan benci,
kekesalan hati tanpa hilang kontrol. Mampu merasakan dan mengerti pengalaman
dan perasaan orang lain. Dapat gembira dan tertawa, mampu menghayati arti
penderitaan dan kebahagiaan tanpa lupa diri.
4. Mempunyai
kontak dengan realitas secara efisien. Kontak dengan dunia fisik tanpa ada
fantasi dan angan berlebihan. Kontak dengan dunia sosial, realistis, dan cukup
luas tentang dunia manusia. Mampu menerima cobaan hidup seperti sakit, fitnah,
duka, dan nasib buruk. Kontak riil dalam diri (internal world). Mampu beradaptasi, dapat berkooperasi dengan
keadaan yang tidak dapat ditolaknya.
5. Memiliki
dorongan dan nafsu jasmani yang sehat serta mampu memenuhinya. Ada attitude yang sehat terhadap fungsi
jasmani dan tidak diperbudak. Mampu menikmati hidup (makan, tidur, rekreasi),
cepat sembuh dari lelah. Memiliki nafsu seks yang sehat, mampu memenuhi tanpa
takut dan berdosa, tidak berlebihan. Mampu bekerja, tahan kegagalan, kerugian
dan kemalangan.
6. Mempunyai
pengetahuan diri yang cukup, dapat menghayati motif hidup, tahu nafsu dan
hasrat, cita-cita dan tujuan hidup secara realistis dan bisa membatasi ambisi
dalam batas normal.
7. Mempunyai
tujuan hidup yang adekuat. Yaitu tujuan dapat dicapai dengan kemampuan sendiri.
Punya tujuan hidup dan berefek baik bagi masyarakat.
8. Memiliki
kemampuan untuk belajar dari pengalaman hidupnya. Tidak kaku mengolah
pengalaman hidupnya, bisa spontan belajar, dan mampu mengukur kekuatan diri
dengan benar.
9. Ada
kesanggupan memuaskan tuntutan dan kebutuhan dari kelompoknya. Baik adat, tata
cara dan norma di kelompoknya. Menahan nafsu dan keinginan yang bertentangan
dengan aturan dalam kelompoknya. Mampu melakukan aktifitas yang mendasar dari
ambisi kelompok, tepat bersikap dalam bersahabat, tanggung jawab, loyal dan
rekreasi secara sehat.
10. Mempunyai
sikap emansipasi dalam kelompok dan kebudayaannya, namun memiliki originalitas
dan individualitas yang khas, dapat membedakan baik dan buruk. Sadar punya
kebebasan terbatas dalam berpendapat di kelompok, tanpa sikap sombong, munafik,
dan hasrat selalu menonjolkan diri. Toleran dan apresiasi terhadap budaya dan
perubahan yang terjadi.
11. Memiliki
intergritas dalam keperibadiannya. Dapat mengadakan asimilasi dan adaptasi
terhadap perubahan dan minat pada bermacam aktivitas. Memiliki moral dan
kesadaran yang tidak kaku, fleksibel di masyarakat. Mampu konsentrasi pada
sebuah usaha, tanpa konflik dalam diri sendiri, tanpa diasosiasi terhadap
lingkungan sosialnya.
BAB
II
HUBUNGAN
KESEHATAN MENTAL
DENGAN
LAPANGAN HIDUP LAIN
Kesehatan mental
merupakan ilmu pengetahuan praktis, sehingga pandangan terhadap ilmu kesehatan
mental dan penerapannya tergantung lapangan hidup, keahlian dan kepentingan
masing-masing.
Misal psychiatrist menggunakan ilmu kesehatan
mental menitik beratkan pada bahaya sikap pribadi yang merugikan atau kurang
wajar. Seperti senang melamun, gelisah, mengasingkan diri, atau takut yang berlebihan.
Sedang para pendidik menitikberatkan pada bahaya-bahaya yang melanggar norma
sosial, susila, tata tertib dan sejenisnya.
Demikian juga lapangan
hidup lainnya, maka disini akan disajikan beberapa hubungan itu.
A.
Hubungan
kesehatan mental dengan kesehatan fisik
Mental
dan fisik mempunyai hubungan yang erat, tetapi tidak diketahui seberapa eratnya
secara pasti. Contoh : fisik yang sedang sakit, bisa menjadikan orang cepat
tersinggung berbeda dengan saat sehat. Bisa juga fisik yang sedang sakit cepat
sembuh, jika sikap mentalnya optimis, sehingga sakitnya lebih ringan dan mudah
sembuh. Sedangkan yang pesimis, sakitnya lebih lama sembuh, seperti adanya rasa
takut mati, atau takut bertambah parah. Sehingga tepat jika pasien diberi
penjelasan tentang penyakitnya agar sadar dan optimis.
B.
Hubungan
kesehatan mental dengan kehidupan spriritual
Manusia
selain memenuhi kebutuhan biologis, juga perlu memenuhi kebutuhan metafisis.
Yaitu memberikan kebutuhan spiritualitas terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
Dengan
menyerahkan diri kepada-Nya sesuai agama masing-masing akan memberikan
ketentraman. Semua derita dan kesusahan diserahkan kepada keadilan-Nya,
menerima kenyataan takdir-Nya, dengan penuh keyakinan dan kepercayaan dapat
memperoleh keseimbangan mental.
C.
Hubungan
kesehatan mental dengan pendidikan
Tempat
pertama anak mendapat pendidikan adalah keluarga. Ada kala ada orang tua yang
memanjakan anaknya namun ada pula yang bertindak keras kepada anaknya. Namun
jika orang tua paham tentang kesehatan mental akan mendidik putra putrinya
sesuai dengan perkembangan dan kemampuan anak.
Sekolah
merupakan masyarakat yang lebih besar dari keluarga. Bukan hanya sebagai tempat
memberikan pelajaran tetapi juga pendidikan sesuai perkembangan anak, agar
potensinya berkembang secara puas dan senang dan memiliki pribadi yang
integral. Sekolah yang merupakan kelanjutan pendidikan setelah keluarga dikenal
sebagai community sentered, itupun
jika pendidik mau mengerti secara mendalam mengenai masalah anak didik, cakap
dan punya teknik melayani anak didik, punya pandangan luas, dan melakukan
prinsip-prinsip yang sesuai dengan ilmu kesehatan mental.
D.
Hubungan
kesehatan mental dengan kehidupan berkeluarga
Kurang
pengertian antara suami dan istri akan menimbulkan kegoncangan, ketidakseimbangan
keluarga. Apalagi perbedaan latar belakang dari suami dan istri. Tetapi kadang
justru perbedaan dan saling berlawanan menjadi sejahtera dengan syarat saling
menyadari dan menempatkan diri sesuai fungsinya. Dan masing-masing mau
mengadakan penyesuaian (adjustment).
Yang terpenting dalam kehidupan rumah tangga mau menjalankan prinsip kesehatan
mental, yaitu saling berusaha dan berkorban menjaga keutuhan keluarga itu.
E.
Hubungan
kesehatan mental dengan perusahaan
Pengusaha
sangat penting memperhatikan kesejahteraan karyawannya. Kesejahteraan lahir
batin akan menjamin keberhasilan perusahaan, seperti adanya jaminan sosial,
jaminan hari tua, tunjangan keluarga, hak cuti, rekreasi, juga sikap ramah dan
kekeluargaan. Ini akan meningkatkan gairah kerja karyawan. Ini bukan hanya
kewajiban pokok pengusaha, namun karyawan juga patut mendapat penerangan bahwa
perlu menjaga keseimbangan lahir batin sesuai prinsip kesehatan mental.
F.
Hubungan
kesehatan mental dengan lapangan hukum
Zaman
dahulu pelanggar hukum mendapat hukuman agar jera/ takut tidak berbuat
pelanggaran lagi. Pandangan zaman modern, pelanggar hukum dianggap sebagai
individu yang sedang terganggu keseimbangannya, mereka tidak diperlakukan
sebagai pesakitan, tetapi sebagai orang yang mengalami gangguan sosial yang
perlu dibimbing agar mampu kembali ke kehidupan sosial sesuai hukum. Juga agar
sadar akan perbuatannya dan tidak melakukan pelanggaran hukum lagi.
G.
Hubungan
kesehatan mental dengan kebudayaan
Manusia
dikatakan sebagai makhluk tertinggi karena memiliki budaya. Peninggalan budaya
seperti gambar dan tulisan, di batu, gua dan candi dengan ukiran kisah masa
lampau. Juga tata cara kehidupan yang dirasakan manfaatnya. Semua itu adalah
bukti manusia sejak dulu hingga sekarang menggeluti budaya. Hasil karya seni
seperti tari, musik, juga seni dalam bentuk tulis seperti novel, cerpen, buku
sejarah dan ilmiah yang memiliki corak sendiri-sendiri. Para pencipta seni
selain mampu mencipta juga menikmati manfaatnya dalam kehidupan. Sedang yang
tidak mampu mencipta dapat menikmati dan memanfaatkan dalam kehidupan, sehingga
kadang mengalir rasa kagum dan mengenyahkan rasa sedih dan kecewa.
BAB
III
SEJARAH
KESEHATAN MENTAL
Mental hygiene disebut juga ilmu kesehatan
mental merupakan ilmu pengetahuan yang masih muda. Dulu orang berpendapat
gangguan keseimbangan mental disebabkan oleh roh jahat. Sehingga penyembuhannya
melalui jalan pengusiran roh jahat. Caranya dengan memukuli penderita agar roh
jahat pergi. Dari ini timbul usaha perbaikan tindakan dalam penyembuhan dan
memelihara penderita gangguan mental. Antara lain Philippe Pinel (Perancis).
William Tulke (Inggris). Dorothe Dix (Amerika) seorang wanita sebagai tokoh
abad 21 melakukan usaha perbaikan kondisi rumah sakit jiwa di amerika dan
eropa. Banyak usahanya yang dijadikan dasar-dasar aktivitas Mental Hygiene.
Clifford Whittingham
Beers (1876-1943), ia pernah menderita sakit mental selama 2 tahun dan dirawat
di rumah sakit jiwa. Ia mengalami banyak siksaan dan perlakuan yang keras
sebagai metode penyembuhan, iapun lalu menulis buku berjudul “A mind that found it self”. Beers
mengecam tindakan yang kurang berperikemanusiaan dan menyarankan program
perbaikan dalam cara penyembuhan dan pemeliharaan penderita. Ia yakin penyakit
mental dapat disembuhkan, maka ia menyusun program nasional sebagai berikut :
1. Perbaikan
metode pemeliharaan dan penyembuhan penderita mental.
2. Kampanye
memberikan informasi agar orang bersikap inteligent dan human terhadap
penderita.
3. Memperbanyak
research dan menyelidiki penyebab
timbulnya penyakit mental beserta terapinya.
4. Memperbesar
usaha edukatif dan memberi penerangan untuk mencegah timbulnya gangguan dan
penyakit mental.
Berdasarkan saran
Beers, Adolf Mayer (psychiater)
membantu usaha pengembangan gerakan kesehatan mental. Ia yang mengemukakan
istilah “Mental Hygiene”. Pada 1908
di Amerika berdiri organisasi “Connectitude
Society for Mental Hygiene”. Pada 1909 berdiri “The National Committe for Mental hygiene”. Di Inggris pada 1842
berdiri organisasi “The Society for
Improving the Condition of the Insane”. Akibat perang dunia I dan II
terdapat banyak penderita “war neurosis”
dikalangan anggota militer sehingga gerakan Mental
Hygiene semakin berkembang pesat dengan mencari metode yang tepat mencegah
gangguan mental dan pembaharuan metode penyembuhan. Karena semakin pesat, Mental Hygiene yang mulanya menolong
penderita mental kemudian meluas memberikan pertolongan kepada siapa saja yang
memerlukan. Sehingga butuh bantuan pengetahuan lain, antara lain : psikologi
umum, psikologi khusus, sosiologi, ilmu kesehatan, teori kepribadian, psikologi
abnormal, psikologi penyesuaian, beserta metode penyelidikan dan sebagainya.
Pada 1909 Frank Parsons
melakukan penyuluhan dan bimbingan untuk pertama kalinya. Untuk menolong orang
terlantar yang kehilangan pekerjaan karena perang, dan yang kehilangan
kepercayaan diri di lingkungan sosial. Upaya Parsons terutama tertuju bagi
anak-anak yang tidak mempunyai pekerjaan yang sesuai dengan kemampuannya. Usaha
ini disebut Bimbingan Jabatan (Vocational
Guidance) dan akhirnya meluas ke berbagai bidang.
Dr. William Healy
(dokter dari institut anak-anak psikopath di Chicago) berupaya agar anak-anak
tidak mengalami kesukaran dalam tumbuh kembangnya. Menurutnya banyak gangguan
keseimbangan mental berpangkal dari masa kanak-kanak yang kurang perhatian dan
kasih sayang orang tua. Healy mendorong orang tua dan calon orang tua sadar
bagaimana sikap dan cara menghadapi anak sebaik-sebaiknya (segi preventif). Kemudian penyuluhan ini berlanjut ke dunia pendidikan, bahwa siswa drop-out dapat menyebabkan kenakalan
sebab tidak mendapat pemecahan yang tepat. Selanjutnya usaha ini meluas ke
bidang yang lain seperti industri, pengadilan perdagangan, keagamaan, militer,
pemerintahan, dan sebagainya.
Pada 1930 Mental
Hygiene mengadakan kongres yang pertama di Washington D.C. Dan pada 1946
Presiden Amerika Serikat menandatangani undang-undang ‘The National Mental Health Act” untuk memajukan kesehatan mental
rakyat Amerika. Berdirilah “National
Institute of Mental Health”. Organisasi yang ikut menyelenggarakan program Mental Hygiene antara lain :
1. WHO
(World Health Organization)
organisasi ini memberi informasi dan penyuluhan tentang kesehatan mental kepada
seluruh anggota PBB.
2. UNESCO
(the United Nations Educational
Scientific and Cultural Organization), merupakan biro PBB yang menstimulir
penukaran informasi kebudayaan antar bangsa.
3. WFMH
(World Federation of Mental Health),
didirikan pada 1948 antara the
International Committee for Mental Hygiene dengan the British Association for Mental Health, merupakan kelompok Non Goverment Health Agencies membantu
kesehatan di dunia.
Di indonesia Mental Hygiene dibawah
proyek Departemen Kesehatan, bekerjasama dengan instansi lain negeri dan swasta
seperti BKKBN, LSM, rumah sakit dll.
BAB
IV
KEPRIBADIAN
DAN KESEHATAN MENTAL
Kepribadian adalah alih
bahasa dari personality, berasal dari kata persona
artinya topeng atau kedok. Biasa digunakan saat bermain sandiwara. Istilah personality sering disamakan denga character atau watak maupun tipe.
Allport berpendapat (dalam buku Sumardi Suryabrata 1982) : Character is personality evaluated and personality is character
devaluated. Ia menganggap watak dan kepribadian adalah satu dan sama tetapi
dipandang dari segi yang berlainan. Bila mengadakan penelitian dengan
menggunakan norma, tepat dipakai istilah watak. Kalau menggambarkan apa adanya
lebih tepat menggunakan istilah kepribadian.
Pengetahuan psikologi
kepribadian terdiri atas beberapa teori dan digolongkan berdasarkan berbagai
hal. Uraian ini hanya dilihat dari pendekatannya (approach) yang terdiri dari dua kelompok teori. Cara pendekatan :
pertama pendekatan tipologi (typologycal
approach). Contohnya antara lain teori Hipprocarets Galenus, Heymans. Kedua
: pendekatan pensifatan (trait approcah)
contohnya antara lain Sigmund Freud, C.G Yung dan G.W Allport.
A.
Teori
Hippocrates-Galenus
Berdasarkan pengaruh kosmologi.
Yang menganggap alam bersama isinya tersusun atas empat unsur. Tanah (sifat
kering), air (sifat basah), udara (sifat dingin), dan api (sifat panas).
Manusia sebagai salah satu mikrokosmos mempunyai empat cairan beserta sifatnya.
1. Sifat
kering terdapat pada empedu kuning (chole tipe choleris), sifat khasnya besar
semangat/hidup, keras, mudah marah, daya juang besar optimisme.
2. Sifat
basah terdapat pada empedu hitam (melanchole tipe Melancholis) sifat khasnya
mudah kecewa, suka merenung, daya juang kecil, pesimistis.
3. Sifat
dingin terdapat pada lendir (phlegma tipe Phlegmatis), sifat khasnya
tenang/kalem, tak mudah dipengaruhi, setia, lamban.
4. Sifat
panas terdapat pada darah (sanguis tipe Sanguinis) sifat khasnya ramah, mudah
ganti haluan.
Bila
empat cairan dalam tubuh selaras, individu normal atau sehat bila tidak
seimbang maka tidak normal atau sakit.
B.
Teori
Heymans
Teori Heymans berdasarkan atas
temperamen. Dengan data empirik dibagi menjadi tiga kualitas kejiwaan. Dan
secara teori, masing-masing kategori dilakukan dikotomisasi sehingga ditemukan
dua golongan manusia.
1. Emosionalitas
Mudah atau tidak terpengaruh dengan
kesan-kesan. Tiap orang berbeda kecakapannya menghayati suatu perasaan.
a. Golongan
emosional (+), memiliki sifat impulsif, mudah marah, suka tertawa, perhatian
kurang mendalam, tidak tenggang rasa, tidak praktis, dalam berpendapat tetap,
ingin berkuasa, dapat dipercaya soal keuangan.
b. Golongan
tidak emosional (-), memiliki sifat berhati dingin, hati-hati menentukan
pendapat, tenggang ras, praktis, jujur dalam batas hukum, dapat menahan nafsu
birahi, memberi kebebasan orang lain.
2. Proses
pengiring
Banyak atau sedikit pengaruh dari
kesan-kesan pada kesadaran setelah kesan itu tidak berada lagi dalam kesadaran.
Tingkatannya berbeda pada setiap orang.
a. Golongan
proses pengiring kuat (+), berfungsi sekunder, sifatnya antara lain tenang,
tidak mudah putus asa, suka menolong, bijaksana, ingatannya baik, berfikir
bebas, teliti, konsekuen, dalam politik moderat atau konservatif.
b. Golongan
proses pengiring lemah (-), berfungsi primer, sifatnya tidak tenang, mudah
putus asa, ingatan kurang baik, boros, tidak teliti, tidak konsekuen, dalam
politik radikal, egoistis.
3. Aktivitas
Banyak sedikitnya orang itu
menjelmakan perasaan dan pikiran dalam tindakan spontan.
a. Golongan
aktif (+), karena suatu alasan yang lemah, sifatnya senang sibuk, bergerak,
periang, mudah mengerti, praktis, kuat menentang penghalang, padangan luas,
loba, lekas damai, tenggang rasa.
b. Golongan
tidak aktif (-), yakni mereka yang walaupun ada alasan kuat belum mau
bertindak, sifatnya lekas mengalah, mudah putus asa, memandang berat segala
persoalan, perhatian tak mendalam, tidak praktis, nafsu birahi sering
bergelora, boros, segan membuka hati.
Atas
dasar tiga kategori yang masing-masing terdiri dari 2 golongan sehingga ada
delapan tipe. Golongan emosional proses pengiringnya kuat serta aktif diberi
tanda (+), sebaliknya golongan tidak emosional proses pengiringnya lemah dan
tidak aktif diberi tanda (-).
C.
Teori
Sigmund Freud
Menurut
Freud, kesadaran itu hanya sebagian kecil dari kehidupan psikis. Seperti gunung
es di lautan, gunung es yang menjulang dipermukaan laut hanya sebagian kecil,
sedangkan yang berada didalam lautan sangat besar. Ini menggambarkan alam tidak
sadar lebih besar/luas dibandingkan alam sadar.
Kepribadian
menurut Freud
Menurutnya
kepribadian terdiri dari beberapa aspek, yaitu :
1.
Das
Es
atau the id merupakan aspek biologis,
sebagai reservoir energi psikis yang menggerakkan das ich dan uber ich. Das Es mereduksi ketegangan, menghalau
rasa tidak enak dengan dua cara, (a.) refleks atau gerakan otomatis seperti
saat bersin atau berkedip. (b.) proses primer, orang lapar karena membayangkan
makanan, orang tidak kenyang dengan hanya membayangkan makanan.
2.
Das
Ich
atau the ego merupakan aspek
psikologis, yang menghubungkan dengan dunia realita. Seperti bila lapar, Das Es membayangkan makanan sedangkan Das Ich mampu membedakan khayalan dan
realitas. Das Ich bereaksi dengan
proses sekunder yaitu makan.
3.
Das
Uber Ich atau the
super ego sebagai aspek sosiologis, yaitu aspek sosiologis pada
kepribadian, sebagai wakil nilai-nilai masyarakat yang diajarkan kepada
generasi berupa perintah dan larangan.
D.
Teori
C.G Yung
Fungsi
jiwa terdiri dari empat fungsi pokok, yang rasional yaitu : (1) pikiran dan (2)
perasaan. Yang irasional yaitu : (3) pendirian dan (4) intuisi. Fungsi rasional
melakukan penilaian, pikiran menilai benar atau salah. Perasaan menilai dasar
menyenangkan dan tak menyenangkan. Fungsi yang irasional mendapatkan pengamatan
dengan sadar indriah, intuisi mendapatkan pengamatan secara tak sadar naluriah.
Individu
mempunyai empat fungsi, tetapi satu yang dominan, fungsi yang paling berkembang
merupakan fungsi superior dan menentukan tipe individu tertentu. Empat fungsi
ini berpasangan sehingga jika satu fungsi menjadi superior pasangannya menjadi
inferior di alam ketidaksadaran, dua yang lain menjadi fungsi bantu, di alam
sadar sebagian dan di alam tidak sadar sebagian. Fungsi pasangan ini
berhubungan secara kompensatoris, bila fungsi superior makin besar, kebutuhan
fungsi inferior melakukan kompensasi sehingga makin besar gangguan terhadap
keseimbangan jiwa/mental kedalam tingkah laku yang tidak terkendali.
Terdapat
dua tipe manusia yang tiap-tiap individu berbeda, ada yang berorientasi ke
dalam dan ke luar, tipe ekstrovet (keluar)
dipengaruhi dunia objektif, perasaan dan tindakannya ditentukan oleh lingkungan
sosial dan non sosial, yang mana mudah bergaul, hubungan dengan orang lain
lancar, kelemahannya ketika terlalu tenggelam dalam dunia objektif. Dan tipe introvert (kedalam) dipengaruhi dunia subjektif, orientasi tertuju kedalam. Jiwanya
tertutup, sukar bergaul, kurang menarik hati orang lain, bahayanya jika
jaraknya terlalu jauh dengan dunia objektif.
E.
Teori
G.W Allport
Kepribadian
adalah organisasi dinamis dalam individu sebagai sistem psikofisis yang
menentukan caranya yang khas dalam menyesuaikan diri terhadap lingkungan.
Secara
ideal manusia dewasa yang mempunyai kematangan/ kedewasaan mempunyai hal-hal
sebagai berikut:
1.
Extension
of Self
Mempunyai
proyeksi ke masa depan, merencanakan, mengharapkan (planning, hoping).
2.
Self
objectification
Ada
dua komponen pokok yaitu insight dan humor. Insight yaitu kecakapan individu
memahami dirinya, humor adalah kecakapan mendapatkan kesenangan.
3.
Filsafat hidup/ Philosophy of life
Individu yang
menikmati hidup secara objektif harus di dasari latar belakang yang memberikan
arti dan tujuan dalam hidup.
BAB
V
KEBUTUHAN
MANUSIA
Kebutuhan manusia
berarti sesuatu yang diinginkan atau diperlukan dalam kehidupan manusia.
Kebutuhan yang sangat utama adalah kebutuhan untuk kelangsungan hidup organisme
manusia beserta kebutuhan untuk meningkatkan atau menyempurnakan kesejahteraan
hidup.
A.
Kebutuhan
manusia
1. Kebutuhan
biologis/fisiologis
Berarti sesuatu yang diperlukan
untuk hidup, yang termasuk kebutuhan biologis ialah makan, minum, menghirup
oksigen, istirahat/tidur, dan seks.
2. Kebutuhan
psikologis
Kebutuhan yang diusahakan individu
untuk memenuhi dorongan-dorongan yang sesuai dengan keinginan, selera, sehingga
memuaskan jiwa/mentalnya.
3. Kebutuhan
sosiologis
Manusia selain sebagai makhluk
individu juga sebagai makhluk sosial, maka terjadi interaksi sosial, saling
membutuhkan, tolong menolong dan mencinta.
4. Kebutuhan
metafisis
Manusia selalu mempertahankan
eksistensinya, sebab merasa dirinya mempunyai mempunyai arti di dalam
kehidupan. Sebaliknya akan merasa kosong diikuti ketakutan dan keraguan. Bentuk
tertinggi dalam pemberian arti bagi dirinya bahwa akunya dalam hubungan
terhadap Maha Pencipta. Berarti manusia mempunyai kebutuhan fundamental pada
nilai metafisik.
B.
Hirarki
kebutuhan
Hirarki kebutuhan diajukan oleh
tokoh psikolog humanistik yaitu Abraham H. Maslow. Dia membagi kebutuhan
manusia terdiri atas:
1. Kebutuhan
karena kekurangan (deficiency need)
Pemenuhannya tergantung pada orang
lain. Kebutuhan ini adalah :
a. Kebutuhan
jasmani: makan, minum, tidur, jika terpenuhi maka membutuhkan kebutuhan lain.
b. Kebutuhan
keamanan: terhindar dari bahaya, nyaman, bila terpenuhi timbul kebutuhan
lainnya.
c. Kebutuhan
untuk memiliki dan cinta kasih, berkeluarga, bersahabat, jika terpenuhi timbul
kebutuhan lainnya.
d. Kebutuhan
harga diri: dipercaya, dihormati/dihargai.
Pemenuhan
kebutuhan ini bertahap, bila pertama terpenuhi muncul selanjutnya.
2. Kebutuhan
untuk tumbuh (growth need)
Kebutuhan yang bergantung pada diri
sendiri. Meliputi kebutuhan :
a. Kebutuhan
aktualisasi diri, mengembangkan potensi dan bakat.
b. Kebutuhan
untuk tahu dan mengerti, tahu berbagi ilmu dan pemahamannya.
c. Kebutuhan
estetis, kebutuhan keindahan, keteraturan, kelengkapan.
BAB
VI
PERAN
EMOSI DALAM KEHIDUPAN
Dalam kehidupan
sehari-hari, rasa khususnya emosi sangat besar mempengaruhi perbuatan atau
tingkah laku manusia, sehingga menggangu keseimbangan mental yang menyebabkan
terjadinya problem. Ketidakseimbangan mental, mempengaruhi ketidakbulatan
pribadi seseorang.
A.
Perasaan
Menurut buku Dakir (1984),
Linschoten membagi perasaan manusia menurut modalitasnya menjadi tiga:
1. Suasana
hati
Yaitu rasa yang terkadung dalam
situasi kejiwaan yang dapat berlangsung lama. Meliputi: a. Euphoor yaitu rasa gembira, b. Netral
yaitu rasa acuh tak acuh, c. Dysphoor
yaitu rasa murung.
2. Perasaan
dalam arti sempit
Suatu rasa yang selalu bersangkut
paut dengan situasi yang didalamnya terdapat hasil konfrontasi harga diri
dengan harga lain, seperti rasa heran, antipati, simpati, belas kasihan, benci
dan sebagainya.
3. Emosi
Emosi merupakan bagian dari
perasaan dalam arti luas. Emosi tampak karena rasa yang bergejolak sehingga
yang bersangkutan mengalami perubahan dalam situasi tertentu mengenai perasaan.
Misalnya tertawa terkekeh-kekeh yang tak terkendali dalam suasana duka.
B.
Perkembangan
emosi
Emosi berkembang sejak lahir. Emosi
ditimbulkan oleh adanya rangsan. Emosi nampak dari luar berupa tingkah laku
yang sesuai dengan cara-cara yang dipelajari dari masyarakat. Goleman (1977)
berpendapat emosi bukan bawaan genetik, temperamen individu dapat dilatih
melalui proses belajar sepanjang hidupnya dengan mempelajari pengalaman.
C.
Reaksi
emosional
Menurut Goleman emosi dasar
meliputi, takut, marah, sedih, dan senang. Perkembangan emosi yang lain
merupakan hasil campuran, reaksi itu diantaranya:
1. Takut,
terjadi karena merasa lebih lemah.
2. Gelisah,
karena menghadapi hal-hal yang belum diketahui atau dialami.
3. Marah,
merupakan reaksi terhadap hambatan yang menyebabkan gagalnya usaha atau
perbuatan.
4. Sedih/susah,
keadaan yang disebabkan kehilangan atau kekosongan terhadap situasi.
5. Senang/gembira,
rasa positif terhadap sesuatu situasi atau objek yang dihadapi.
6. Iri,
reaksi gabungan/perpaduan antara bentuk emosi. Terkandung sikap membandingkan
antara dirinya dan orang lain, dirinya merasa kurang, merasa kalah sehingga
timbul keinginan menyamai bahkan melebihi.
D.
Peranan
emosi dalam kehidupan
Menurut H. Sorensen emosi mempunyai
kebaikan dan kejelekan.
1. Emosi
memperkaya kehidupan
Dengan emosi manusia mencapai
cita-cita, bahagia saat sukses dan sedih saat terpuruk, tanpa emosi hidup tidak
akan disertai rasa cinta, persahabatan, bangga dan sukses.
2. Emosi
menciptakan pembatasan kehidupan
Emosi mempersatukan manusia, karna
masing-masing pernah mengalami perasaan yang sama. Misal, cinta, marah, sedih
dll.
3. Emosi
memberikan tenaga tambahan
Saat-saat tertentu kita memiliki
kekuatan yang mengagumkan sehingga dapat berguna pada saat itu, seperti perawat
yang langsing mampu mengangkat pasien yang gemuk karena dorongan emosi yang
kuat karena pasien dalam keadaan bahaya.
4. Emosi
memacu untuk berbuat baik
Manusia dan manusia yang lain
saling terhubung dengan rasa (emosi) cinta. Misalnya perwujudan persaudaraan,
persahabatan, kemurahan hati dll.
5. Emosi
merupakan obat penguat
Perasaan emosi yang gembira
merupakan penguat bagi kesegaran jiwa. Misal orang tua yang lelah pulang kerja
menjadi berkurang bahkan hilang lelahnya karena merasa gembira disambut
anak-anaknya.
BAB
VII
PENYESUAIAN
DIRI
Lazarus (1961)
Penyesuaian diri termasuk reaksi seseorang karena adanya tuntutan yang
dibebankan kepada dirinya. Begitu juga pendapat Thorndike dan Hogen yang
disitir Mustafa Fahmi (1977), yaitu kemampuan individu mendapat ketentraman
secara internal dan hubungannya dengan dunia sekitarnya.
Maka disimpulkan:
penyesuaian diri adalah kemampuan individu untuk bereaksi karena tuntutan dalam
memenuhi dorongan/kebutuhan dan mencapai ketentraman batin dalam hubungannya
dengan sekitar.
A.
Penyesuaian
yang berhasil
Menurut Winarna Surachmad (dalam
Siti Sundari, 1986):
1. Bila
dengan sempurna memenuhi kebutuhan, tanpa melebihkan yang satu dan mengurangi
yang lain.
2. Bila
tidak mengganggu manusia lain dalam memenuhi kebutuhan yang sejenisnya.
3. Bila
bertanggungjawab terhadap masyarakat dimana berada.
B.
Macam-macam
penyesuaian diri
1. Penyesuaian
terhadap keluarga/family adjustment, keharmonisan keluarga terwujud bila
anggota keluarga sadar dan sanggup memenuhi fungsinya.
2. Penyesuaian
diri terhadap sosial/sosial adjustment, agar terjadi keharmonisan sosial harus
ada kesadaran bermasyarakat.
3. Penyesuaian
diri terhadap sekolah/school adjustment, sekolah yang mampu menumbuhkan
penyesuaian diri yang baik, bersifat konstruktif.
4. Penyesuaian
diri terhadap perguruan tinggi/college adjustment, sama dengan sekolah, hanya
butuh pengembangan kepribadian, dapat belajar dan siap menghadapi persaingan.
5. Penyesuaian
diri terhadap jabatan/vocational adjustment, matang dalam memegang jabatan,
senang pada jabatannya, bercita-cita meraih kemajuan.
6. Penyesuaian
diri terhadap perkawinan/marriage adjustment, harus ada kesadaran akan hakikat
perkawinan, saling mengerti, saling memberi dan menerima.
C.
Proses
penyesuaian diri
Proses
penyesuaian diri merupakan lifelong
process (belajar sepanjang hidup), harus berusaha menemukan dan mengatasi
rintangan. Dan akan mendapat respon, kadang baik kadang buruk. Respon baik dan
buruk ini untuk memelihara keseimbangan secara wajar. Karena individu juga
berusaha menghindari ketegangan. Contohnya bayi mencari pemenuhan kebutuhan
yang tidak wajar untuk mengganti respon yaitu menghisap ibu jari karena tidak
terpenuhinya secara optimal kebutuhan asi dan kasih sayang kepadanya.
D.
Penyesuaian
diri yang positif
Penyesuaian
yang positif antara lain, tidak adanya ketegangan emosi, tetap tenang dan tidak
panik menghadapi masalah. Dalam memecahkan masalah tidak menggunakan psikologi defence mekanisme maupun escape mekanisme. Bersikap realistis dan
objektif, mampu belajar ilmu pengetahuan yang mendukung terhadap apa yang
dihadapi, sehingga dengan ilmu itu dapat menanggulangi problemnya. Dan sanggup
membandingkan pengalaman diri sendiri dan orang lain untuk mencari solusi.
E.
Penyesuaian
diri yang negatif
Yaitu penyesuaian diri yang
menyimpang dari realita, yakni yang bersangkutan tidak dapat mengendalikan
emosinya, mudah panik. Menggunakan pertahanan diri yang berlebihan karena
mengalami kegagalam dalam penyesuaian diri, sehingga frustasi, cemas dan
terguncang.
BAB
VIII
FRUSTASI,
KONFLIK DAN KECEMASAN
Manusia selalu berusaha
mengadakan penyesuaian diri secara sadar maupun tidak sadar. Namun kadang semua
keinginan tidak sepenuhnya terpenuhi atau mengalami kegagalan. Orang yang
mengalami penyesuaian negatif/gagal, bila menghadapi problem menjadi gugup dan
panik, hal ini menyebabkan timbulnya frustasi, konflik maupun kecemasan.
A.
Frustrasi
(frustation)
Abe Arkoff mengatakan bahwa
frustasi itu suatu proses dimana tingkah laku kita terhalang. Frustasi itu
suatu keadaan perasaan yang disertai proses rintangan. Dan mengatasi frustasi
tergantung pada tanggapan masing-masing terhadap situasi atau keadaan dan cara
mengekspresikan frustasi itu.
B.
Koflik
(conflict)
Konflik menurut Abe Arkoff
merupakan pertentangan batin. Konflik sebagai suatu keadaan perasaan yang disertai
proses pertentangan. Suatu keadaan yang menekan karena adanya dua atau lebih
pertentangan dari keinginan-keinginan seseorang. Konflik dapat digolongkan
menjadi:
1. Konflik
atau pertentangan antara dua hal/keadaan yang sama diingini sehingga keduanya
tak mungkin dipenuhi.
2. Konflik
atau pertentangan antara satu hal yaitu sisi satu diingini dan sisi lain tidak
diingini.
3. Konflik
atau pertentangan antara dua hal yang sama-sama tak disenangi.
C.
Kecemasan
(anxiety)
Kecemasan,
ketakutan adalah merupakan bagian dari kehidupan manusia. Abe Arkoff
menjelaskan sebagai berikut, kecamasan adalah suatu keadaan yang menggoncangkan
karena adanya ancaman terhadap kesehatan.
Macam-macam
kecemasan:
1.
Kecemasan karena merasa bersalah atau
berdosa.
2.
Kecemasan karena akibat melihat dan
mengetaui bahaya yang mengancam dirinya.
3.
Kecemasan dalam bentuk yang kurang
jelas, apa yang ditakuti tidak seimbang, bahkan yang ditakuti adalah hal/benda
yang tidak berbahaya.
Phobia adalah rasa takut yang sangat atau berlebihan
terhadap sesuatu yang tidak diketahui penyebabnya. Menurut A. Supratiknya
(1995) umumnya phobia terjadi karena proses belajar yang tidak sesuai (faulty learning).
Contoh phobia seperti, Antropophobia : takut kepada
manusia, Gynophobia : takut pada wanita, dll.
DAFTAR
PUSTAKA
Sundari HS, Siti. Dra. M.Pd, Kesehatan mental dalam kehidupan, penerbit Rineka Cipta
Mirisnya isu kesehatan mental masih melekat stigma negatif bagi kebanyakan masyarakat Indonesia, jadi bagi yang mengalami penyakit mental merasa minder saat mau menggunakan layanan kesehatan mental. Tapi katanya dengan membaca artikel psikoedukasi secara intensif mampu menurunkan stigma sosial dan pribadi yang disematkan pada pengguna layanan kesehatan mental secara signifikan. Ini penelitiannya.
BalasHapus